JAKARTA - Spekulasi bermunculan setelah ledakan yang menyembulkan awan berbentuk jamur di Beirut, Libanon terlihat seperti ledakan bom atom atau nuklir. Namun, berdasarkan fakta-fakta yang terungkap saat ini, sumber ledakan berasal dari gudang yang menyimpan 2.750 ton amonium nitrat. Diketahui, ledakan besar akibat senyawa kimia tersebut sudah banyak terjadi bahkan sejak 1921.
Seorang profesor ahli pengendalian senjata dari Middlebury Institute of International Studies di Monterey, Jeffrey Lewis, mencoba menganalisis apa penyebab ledakan dahysat di pelabuhan Beirut yang menewaskan sedikitnya 63 orang dan melukai ribuan lainnya, Selasa kemarin. Beberapa hal dapat disimpulkan dari video ledakan Beirut yang banyak beredar termasuk sebelum ledakan lebih besar terjadi.
Kata Lewis pemicu ledakan mungkin ketika amunisi di gudang tersebut terbakar. Kepulan asap yang membumbung kemudian diselingi percikan api mirip kembang api menurutnya adalah "Efek dari amunisi-amunisi kecil --misalnya roket-- yang terbakar," katanya kepada The Washington Post.
Lalu terjadi ledakan bola api yang menyala-nyala. Setelahnya barulah ledakan dahsyat yang menimbulkan awan berbentuk jamur terjadi. Menurut Lewis, awan itu adalah tekanan dari gelombang kejut yang mengembunkan kelembaban di udara.
Hal itu diafirmasi Menteri Dalam Negeri Libanon Mohammed Fahmi. Ia mengatakan tampaknya stok amonium nitrat, bahan pupuk yang dapat digunakan untuk pembuatan bom, telah meledak.
Menurut Lewis, ciri-ciri dari amonium yang meledak terlihat dari asap berwarna coklat kemerahan. Warna tersebut berasal dari senyawa nitrogen oksida, produk sampingannya.
Ledakan besar yang disebabkan oleh amonium nitrat bukan kali pertama terjadi. Bencana besar akibatnya bahkan sudah terjadi sejak 1921.
Ledakan Oppau di Jerman
Tepatnya pada 21 September 1921. Sebuah pabrik kimia Jerman, BASF di Oppau --sekarang Ludwigshafen-- yang menyimpan sekitar 450 ton campuran amonimum nitrat dan amonium sulfat meledak. Menurut arsip Perpustakaan Nasional Australia, bencana itu setidaknya menewaskan 500 sampai 600 orang.
Tidak ada yang tau pasti penyebab ledakan tersebut. Namun ada satu kemungkinan kuat yang paling memungkinkan mengapa bencana itu bisa terjadi.
Insiden diduga terjadi pada proses pembuatan amonia yang disebut dengan proses Haber. Jika dibandingkan dengan amonium sulfat, amonium nitrat sifatnya sangat higroskopik artinya sangat mudah menyerap zat cair. Sehingga campuran kedua senyawa ini dapat mengeras dan menyumbat produksi.
Para pekerja harus mengeluarkan "ampas" produksi tersebut secara manual dari dalam tempat penampungan yang disebut dengan silo. Namun cara ini cukup berisiko bagi para pekerja. Ada cara yang lebih aman yakni dengan menggunakan dinamit berdaya ledak kecil untuk mengurai campuran tersebut.
Mulanya dengan komposisi campuran yang pas, dinamit tak akan memicu ledakan lain. Apesnya, pada 21 September 1921 bencana terjadi.
Ledakan yang terjadi pada 7.32 pagi ini menghasilkan lubang sepanjang 90 meter dengan lebar 125 meter dan kedalaman 19 meter. Ledakannya terdengar sampai ke Perancis dan Kota Munchen.
Energi ledakan tersebut ditaksir mencapai 1-2 kiloton yang menewaskan hampir 600 orang. Sementara kerugian materi yang ditimbulkan akibat bencana ini sekitar 7 juta dolar Amerika Serikat.
Ledakan PEPCON di AS
Lebih dari separuh abad pasca peristiwa Ledakan Oppau, bencana akibat ledakan dari senyawa amonia terjadi di Nevada, Amerika Serikat. Bencana terjadi tepatnya pada 4 Mei 1988.
Saat itu kebakaran besar yang diikuti oleh beberapa ledakan terjadi di pabrik kimia Pacific Engineering and Production Company of Nevada (PEPCON). Menurut laporan Laboratorium Nasional Sandia, Departemen Energi AS pada November 1988, bencana itu menyebabkan dua orang tewas sementara 372 luka-luka dan mengakibatkan kerugian materi sebesar 100 juta dolar AS. Ledakan menjangkau hingga radius 16 km dari pabrik di sekitar Las Vegas Valley.
Penyebab dari ledakan itu menurut laporan Departemen Tenaga Kerja AS (USDOL) dan Divisi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (DOSH) menjelaskan mulanya api berasal dari sekitar instalasi proses pengeringan pabrik. USDOL melaporkan bahwa setidaknya satu api membakar dalam satu tong yang terletak di sisi barat bagian selatan dari partisi bangunan, yang memisahkan pengering batch dari tangki batch di gedung proses.
Kebakaran juga dilaporkan di dinding utara bagian pengering batch saat proses pembangunan. Saat itu seorang pekerja sedang memperbaiki rangka baja dengan menggunakan obor las.
Kegiatan inilah yang menyebabkan kebakaran menyebar dan dipercepat oleh residu amonium perklorat. Saat itu diperkirakan pabrik PEPCON menyimpan ammonium perklorat yang diproduksi untuk senjata militer sebanyak 4.500 metrik ton.