Bagikan:

JAKARTA - Relawan calon presiden dan calon wakil presiden untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2024 belakangan semakin bermunculan. Dinamika politik pun semakin menghangat jelang kontestasi pesta demokrasi 5 tahunan yang bakal terselenggara kurang lebih 2-3 tahun lagi.

Ada yang menamakan diri sebagai Sahabat Ganjar, Ganjarist, GP Mania dan lainnya untuk mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, Sahabat Puan untuk mendukung Ketua DPR Puan Maharani, Kawan Sandi untuk mendukung Menparekraf Sandiaga Uno, Relawan ANIES untuk Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, belum lagi relawan Prabowo Subianto dan calon presiden lainnya. 

 

Terbaru, sekelompok masyarakat yang menamakan diri sebagai Relawan Pendukung Cinta Republik (PCR) mendeklarasikan dukungan untuk Menko Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan dan menteri BUMN Erick Thohir sebagai pasangan calon presiden dan calon wakil presiden pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024.

 

Lantas, seberapa pentingkah arti relawan bagi partai politik?

 

PDIP: Relawan adalah Aset Politik dan Elektoral 

 

Ketua DPP PDIP Andreas Hugo Pareira mengaku tak mempermasalahkan fenomena munculnya relawan-relawan untuk calon-calon dari PDIP. Diketahui, saat ini telah ada relawan Sahabat Ganjar hingga Sahabat Puan untuk Pilpres 2024.

"Banyak pertanyaan sekarang ada relawan, kebetulan PDIP ini kan punya paling tidak lebih dari satu, di dalam proses menuju 2024 kan lebih dari satu yang dinominasikan di dalam proses-proses kandidasi ini. Banyak pertanyaan, ada relawan ini, relawan ini, saya bilang itu tidak dipersoalkan," ujar Hugo di Gedung DPR, Kamis, 11 November. 

 

Menurutnya, relawan merupakan aset politik yang perlu dijaga partai. Sebab kata dia, relawan memiliki kekuatan elektoral untuk memenangkan kandidat yang akan diusung.

"Saya lihat dari pengalaman ini, relawan ini emang aset. Ini aset politik, aset elektoral yang harus dimanage dengan baik, dikelola dengan baik. Sehingga dengan dia menjadi suatu kekuatan politik untuk memberikan dukungan kepada kandidat yang akan diputuskan oleh partai," kata Andreas.

 

Keberhasilan tersebut, menurutnya, terbukti ketika relawan berperan dalam pemenangan Joko Widodo pada 2014 dan 2019.

"Sehingga faktor relawan memang kemudian mendongkrak bener, membuat politik itu menjadi meriah. Meriah dalam arti tingkat partisipasinya, tetapi juga ini mendorong elektabilitas dan juga pihak pemenangan," kata Andreas.

 

Terkait siapa yang akan diusung PDIP, Andreas menyatakan hal itu belum diputuskan dan sepenuhnya berada di tangan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. 

 

Namun, Andreas berharap kemunculan para relawan menjadi pendorong kemenangan kandidat yang nantinya akan diusung PDIP.

"Kan belum diputuskan. Kita tunggu keputusan dari ketum nanti. Sekarang yang ada itu adalah aset dan kita berharap terjadi akumulasi kekuatan yang akan mendukung siapa yang akan diusung partai," katanya.

 

 

Golkar: Relawan Capres adalah Fenomena Positif

 

Wakil Ketua Umum Golkar Nurdin Halid menyatakan munculnya kelompok relawan pendukung calon presiden dan calon wakil presiden belakangan ini merupakan fenomena yang positif. 

 

"Kemunculan relawan sekarang ini menurut saya adalah fenomena yang sangat positif," ujar Nurdin Halid dalam diskusi Dialektika Demokrasi dengan tema "Fenomena Kemunculan Relawan Capres Sejak Dini: Siapa Punya Ambisi?", di Gedung DPR, Kamis, 11 November.

Menurutnya, relawan capres harus dilihat sebagai gerakan akar rumput yang ingin mendapatkan pemimpin yang sah, baik, serta sesuai dengan harapan mereka. Dikatakan, setidaknya tiga hal positif dari munculnya kelompok relawan sejak dini.

Dikatakannya, kemunculan relawan bisa mem-branding sejak awal tokoh yang dikehendaki, secara dini menekan politik identitas, dan menjadi pengawas informal terhadap pemimpin yang terpilih.

"Apakah ini terlalu dini atau terlalu cepat munculnya? Itu adalah tergantung pada pilihan strategis, berkaitan dengan kepentingan politik yang dikehendaki terhadap tokoh yang dijagokan," katanya.

 

PKB: Relawan Mengurangi Biaya Politik yang Mahal

 

Anggota Fraksi (PKB) Yanuar Prihatin, menilai keberadaan relawan dalam kontestasi politik tak bisa dianggap remeh. Pasalnya, relawan dianggap memiliki kontribusi besar bahkan bisa meringankan biaya politik. 

 

"Saya mengapresiasi posisi relawan sangat penting sebagai bagian dari mendinamisir demokrasi, mengakselerasi partisipasi-partisipasi yang jauh lebih berkualitas dan memberikan efek pengurangan cost politik yang luar biasa," ujar Yanuar di Gedung DPR, Kamis, 11 November. 

 

Secara historis, lanjut dia, di dunia perpolitikan Indonesia proses pemilihan umum tidak ada yang unik dan aneh tentang posisi relawan. 

 

"Tapi saya ingin sampaikan, posisi relawan menjadi sangat penting ketika kita melihat demokrasi kita ini biayanya sangat mahal," kata anggota Komisi II DPR itu.

 

Relawan, kata dia, juga efektif mengampanyekan sosok yang didukung. Bahkan, mereka bergerak karena inisiatif sendiri. Yanuar melihat efektivitas tersebut pada relawan Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Mereka kompak meningkatkan elektabilitas Jokowi. 

"Bagaimana kerja relawan, bagaimana di tingkat nasional, provinsi, bahkan sampai tingkat lokal sebagian di antaranya inisiatifnya muncul dengan suka rela," ungkapnya.

Menurut Yanuar, totalitas relawan terbentuk karena kesadaran bersama sehingga kegiatan para relawan sepenuh hati mendukung sosok yang dijagokan. 

"Kerja-kerja kolektif yang berbasis kepada persamaan kepentingan ya, tapi lebih dari itu kesamaan habit, kesamaan networking bahkan kesamaan kultural," demikian Yanuar.