JAKARTA - Relawan calon presiden dan calon wakil presiden untuk pemilihan presiden (Pilpres) 2024 belakangan semakin bermunculan. Dinamika politik pun semakin menghangat jelang kontestasi pesta demokrasi 5 tahunan yang bakal terselenggara kurang lebih 2-3 tahun lagi.
"Banyak pertanyaan sekarang ada relawan, kebetulan PDIP ini kan punya paling tidak lebih dari satu, di dalam proses menuju 2024 kan lebih dari satu yang dinominasikan di dalam proses-proses kandidasi ini. Banyak pertanyaan, ada relawan ini, relawan ini, saya bilang itu tidak dipersoalkan," ujar Hugo di Gedung DPR, Kamis, 11 November.
"Saya lihat dari pengalaman ini, relawan ini emang aset. Ini aset politik, aset elektoral yang harus dimanage dengan baik, dikelola dengan baik. Sehingga dengan dia menjadi suatu kekuatan politik untuk memberikan dukungan kepada kandidat yang akan diputuskan oleh partai," kata Andreas.
"Sehingga faktor relawan memang kemudian mendongkrak bener, membuat politik itu menjadi meriah. Meriah dalam arti tingkat partisipasinya, tetapi juga ini mendorong elektabilitas dan juga pihak pemenangan," kata Andreas.
"Kan belum diputuskan. Kita tunggu keputusan dari ketum nanti. Sekarang yang ada itu adalah aset dan kita berharap terjadi akumulasi kekuatan yang akan mendukung siapa yang akan diusung partai," katanya.
BACA JUGA:
Wakil Ketua Umum Golkar Nurdin Halid menyatakan munculnya kelompok relawan pendukung calon presiden dan calon wakil presiden belakangan ini merupakan fenomena yang positif.
Menurutnya, relawan capres harus dilihat sebagai gerakan akar rumput yang ingin mendapatkan pemimpin yang sah, baik, serta sesuai dengan harapan mereka. Dikatakan, setidaknya tiga hal positif dari munculnya kelompok relawan sejak dini.
Dikatakannya, kemunculan relawan bisa mem-branding sejak awal tokoh yang dikehendaki, secara dini menekan politik identitas, dan menjadi pengawas informal terhadap pemimpin yang terpilih.
"Apakah ini terlalu dini atau terlalu cepat munculnya? Itu adalah tergantung pada pilihan strategis, berkaitan dengan kepentingan politik yang dikehendaki terhadap tokoh yang dijagokan," katanya.
"Bagaimana kerja relawan, bagaimana di tingkat nasional, provinsi, bahkan sampai tingkat lokal sebagian di antaranya inisiatifnya muncul dengan suka rela," ungkapnya.
Menurut Yanuar, totalitas relawan terbentuk karena kesadaran bersama sehingga kegiatan para relawan sepenuh hati mendukung sosok yang dijagokan.
"Kerja-kerja kolektif yang berbasis kepada persamaan kepentingan ya, tapi lebih dari itu kesamaan habit, kesamaan networking bahkan kesamaan kultural," demikian Yanuar.