YOGYAKARTA - Satuan Tugas Penanganan COVID-19 di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menghentikan pembelajaran tatap muka (PTM) di salah satu SMA di Kecamatan Wates. Hal ini menyusul temuan 9 siswa yang terkonfirmasi COVID-19 dari hasil tes usap secara acak.
Juru Bicara Gugus Tugas Penanganan COVID-19 Kulon Progo Baning Rahayujati mengatakan, sejak Senin, 8 November hingga hari ini, petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan melakukan uji tes usap terhadap sekolah-sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran tatap muka.
Target sasaran tes usap acak dari SD sampai SMA dengan jumlah siswa mencapai 5.737 orang dan tersebar di beberapa kecamatan seperti Temon, Wates dan Kalibawang.
"Hasil yang sudah keluar dari tes usap di Kecamatan Temon untuk SD Maarif sebanyak 34 sampel yang diambil secara random semua negatif. Kemudian, di Kecamatan Kalibawang untuk SD sebanyak 33 sampel hasilnya belum keluar. Di Kecamatan Wates disalah satu SMA ada sembilan yang positiff dari 87 sampel yang dikirim dari siswa," kata Baning di Kulon Progo dilansir Antara, Rabu, 10 November.
Ia mengatakan, dari hasil tes usap acak tersebut, Dinas Kesehatan bersama Balai Dikmen SMA sudah berkoordinasi dengan sekolah karena dari positivity rate lebih dari lima persen, maka untuk pembelajaran tatap muka tidak dilaksanakan dulu selama 15 hari ke depan atau kembali belajar secara daring.
BACA JUGA:
Sebanyak 9 siswa yang positif rinciannya, Nanggulan satu orang, Pengasih dua orang, Wates tiga orang, Sentolo satu orang, dan Kokap satu orang.
"Pagi ini baru bisa melaksanakan tracing kepada tiga anak, dan anak ini tersebar di tujuh kelas. Tiga anak yang berhasil kami tracing tadi pagi, kami melaksanakan pemeriksaan terhadap 126 kontak dari tiga anak meliputi teman satu kelas dan guru yang berinteraksi dalam tiga hari terakhir," katanya.
Baning menjelaskan berdasarkan hasil wawancara terhadap tiga anak yang sudah di-tracing itu, diperoleh informasi bahwa ada satu anak yang dalam seminggu terakhir berpergian di salah satu mall di Yogyakarta. Sedangkan dua anak lainnya mengaku tidak pergi ke mana-mana pada jangka waktu yang sama.
"Dari sekolah, kami mengembalikan kepada puskesmas di mana anak domisili untuk melakukan "tracing" di rumah dan lingkungannya. Sembilan anak ini termasuk ke dalam orang tanpa gejala (OTG)," katanya.