Bagikan:

JAKARTA - Pada 2 Desember mendatang Persadaraan Alumni (PA) 212 berencana menggelar Reuni 212 di Monumen Nasional (Monas). Aksi besar yang pernah terjadi pada 2016 silam ini coba dihadirkan kembali pada tahun ini dengan sejumlah tuntutan. Salah satunya membebaskan Rizieq Shihab dari hukuman.

Dosen Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (FISIP UI) Ade Armando angkat bicara soal aksi. Menurutnya, bicara soal Rizieq Shihab dibalik aksi besar 212 hingga hari ini, tidak lepas dari sosok Firza Husein.

Kenapa Firza Husein? Menurut Ade, sosok inilah yang berhasil 'menumbangkan' Rizieq Shihab dari singgasana ketokohannya dalam menggerakan Aksi 212. Tanpa Firza, mungkin saja, Rizieq Shihab berhasil menggerakan massa memenangkan Prabowo Subianto di Pilpres 2019 lalu.

"Kalau saja tidak ada Firza, Rizieq akan menjadi imam besar umat Islam Indonesia sesungguhnya. Dia akan memimpin kubu 212, bukan saja untuk memenangkan Anies Baswedan dan memenjarakan Ahok tapi juga membangun kekuatan Islam radikal di Indonesia," ucap Ade dilansir dari kanal Youtube CokroTV, Rabu, 10 November.

Firza Husein pernah ditahan pihak berwajib bersama 11 orang lainnya karena diduga terlibat konspirasi makar menggulingkan pemerintah. Selain Firza, ada nama Sri Bintang, Ratna Sarumpaet, Kivlan Zein, Ahmad Dhani. Namun demikian, sambung Ade, Firza tidak ditahan lama.

Pada akhir Januari 2017, kemudian beredarlah chat Rizieq dan Firza yang memuat ucapan dan foto mesum. Rizieq yang semula dianggap sebagai imam penyelamat, runtuh seketika dengan skandal yang dikenal dengan nama 'Balada Cinta Rizieq.'

Ade menyebutkan, sempat terjadi pembelaan dari kelompok Rizieq soal skandal ini dengan menyebutkan, HP rizieq di kloning dengan upaya untuk menghancurkan citra sang imam.

"Namun upaya menyelamatkan Rizieq ini menjadi sia-sia ketika polisi kemudian menyatakan Rizieq dan Firza akan dijadikan tersangka dalam kasus dugaan pelanggaran undang-undang pornografi," terang Ade.

Rizieq pun tersudut. Beberapa kali pemanggilan polisi untuk diperiksa tidak dipedulikan. Akhir April saat dipanggil, Rizieq mengaku sakit sehingga meminta pemeriksaan ditunda. Selanjutnya pada Mei 2017 Rizieq beralasan sedang umroh saat dipanggil kedua.

"Marilah kita bayangkan kalau tidak ada Firza. Di bawah pimpinan Rizieq mungkin sekali FPI menjadi sebuah organisasi preman raksasa yang terus menebarkan teror di Indonesia,"

"Buat saya 2 Desember 2016 layak dikenang sebagai momentum yang mengawali kegagalan upaya menguasai Indonesia. Karena itu saya kira kita harus berterima kasih pada Firza, tanpa disadari, dia menjadi tokoh sentral dalam penyelamatan Indonesia," ucap Ade.