Hadi Pranoto Klaim Herbal Antibodi COVID-19 Digunakan di Bali, Kadis Kesehatan Membantah
Ilustrasi COVID-19 (Bao_5/Pixabay)

Bagikan:

DENPASAR - Hadi Pranoto yang mengklaim menemukan herbal antibodi COVID-19 menyebut produknya sudah didistribusikan dan digunakan di sejumlah daerah termasuk Bali. Tapi klaim ini dibantah.

"Kami tidak pernah terinfo tentang produk tersebut dan Bali tidak pernah menggunakan obat herbal tersebut,” ujar Kadis Kesehatan Bali, Ketut Suarjaya dikonfirmasi VOI, Senin, 3 Agustus.

Suarjaya juga menegaskan tidak pernah bertemu Hadi Pranoto. Selain Bali, Hadi Pranoto mengklaim herbal antibodi COVID-19 temuannya juga didistribusikan ke Jawa dan Sumatra. 

Nama Hadi Pranoto jadi perbincangan usai wawancara dengan musisi Erdian Aji Prihartanto alias Anji di kanal YouTube berbicara soal herbal antibodi COVID-19. Video tersebut diunggah pada Jumat, 31 Juli.

Dalam video yang berdurasi sekitar 31 menit itu, Hadi mengaku sebagai profesor. Ia mengklaim menemukan obat herbal antibodi yang mampu menyembuhkan COVID-19 dalam hitungan 2-3 hari. Bahkan, obat tersebut diklaim sudah didistribusikan ke sejumlah wilayah Indonesia seperti, Jawa, Bali, dan Sumatra. 

Hadi juga mengklaim, obat herbal tersebut bisa menyembuhkan ribuan pasien yang terkena corona. Ia mengaku sudah memproduksi ribuan botol obat herbal. 

Namun Hadi mengatakan, ada kendala dari segi anggaran dan biaya dalam produksi obat herbal tersebut. Karena itu, dia meminta bantuan masyarakat yang mampu untuk membantunya. 

Soal klaim ini, juru bicara pemerintah dalam penanganan COVID-19,Prof Wiku Adisasmito meminta masyarakat tak cepat mempercayai obat herbal antibodi COVID-19 yang diklaim buatan Hadi Pranoto.

Wiku menegaskan, selama belum ada bukti ilmiah soal obat herbal itu, masyarakat tak boleh mengonsumsinya. Obat herbal yang diatur di Indonesia sendiri terdiri dari jamu, obat herbal berstandar, dan fitofarmaka. 

"Silakan cek produk yang diklaim oleh yang bersangkutan, apakah sudah terdaftar di BPOM atau Kementerian Kesehatan. Apabila ramuan herbal tersebut masih dalam tahap penelitian dan belum ada bukti ilmiah tentang keamanan dan efektivitasnya, maka tidak boleh dikonsumsi oleh masyarakat," kata Wiku, Minggu, 2 Agustus.

Masyarakat sambung Wiku bisa menelusuri rekam jejak Hadi Pranoto. Penelusuran untuk membuktikan benar-tidaknya klaim Hadi Pranoto yang mengaku sebagai profesor.

"Untuk figur publik dan tokoh masyarakat agar selalu berhati-hati terhadap sumber berita atau referensi sebelum menyebarkan pada publik. Silahkan check and re-check pada sumber yang benar dan ahlinya," sambungnya.