JAKARTA - Perkembangan seksual tikus berubah ketika mereka terpapar bahan kimia yang mengelilingi manusia dalam kehidupan sehari-hari, selama eksperimen yang dijalankan oleh kelompok riset internasional di Universitas Teknologi Denmark, yang telah menyelidiki efek pengganggu endokrin.
Selama percobaan, tikus hamil terkena campuran tiga belas zat kimia umum, termasuk bisphenol (BPA) dan ftalat yang ditemukan dalam produk plastik. BPA adalah xenoestrogen, menunjukkan sifat mirip hormon yang meniru estrogen.
Sementara, Phthalates kadang-kadang disebut plasticizer dan digunakan untuk membantu melarutkan bahan lain. Mereka termasuk dalam ratusan produk, seperti lantai vinil, minyak pelumas, dan produk perawatan pribadi (seperti sabun, sampo, dan semprotan rambut).
"Ketika kami memberikan satu zat pada satu waktu, kami tidak melihat efek khusus. Tetapi ketika kami menggabungkan beberapa zat, kami melihat gangguan hormonal yang serius pada tikus muda", peneliti Universitas Teknologi Denmark Sofie Christiansen mengatakan kepada penyiar nasional Swedia SVT, melansir Sputnik News 2 November.
Pada akhirnya, tikus jantan mengembangkan karakteristik betina, agak mengaburkan garis gender.
"Dalam eksperimen, Anda bisa melihat dengan jelas puting yang biasanya hanya dimiliki perempuan," jelas Sofie Christiansen.
Selain puting susu, jarak antara anus dan alat kelamin, yang dianggap sebagai ciri khas seksual tidak hanya untuk tikus tetapi juga makhluk lain, berkurang. Biasanya, jarak ini lebih besar pada tikus jantan daripada betina, individu yang terpapar bahan kimia menjadi lebih mirip dengan betina.
BACA JUGA:
Selain itu, penelitian Denmark hanya berfokus pada bagaimana tikus dapat dipengaruhi oleh bahan kimia sehari-hari yang termasuk dalam plastik. Saat ini, ada kekurangan penelitian yang cukup untuk dapat menarik kesimpulan pasti tentang apakah dan bagaimana orang dipengaruhi oleh pengganggu endokrin, SVT menggarisbawahi.