Bagaimana Musik Memengaruhi Mental Kita
Ilustrasi (Ilustrasi)

Bagikan:

JAKARTA - Beberapa hari belakangan, masyarakat digemparkan dengan seorang anak berusia 15 tahun yang membunuh teman adiknya yang berumur lima tahun. Kabarnya, pelaku sering mengekspresikan perasaannya dalam bentuk gambar dan tulisan di mana salah satu coretannya merupakan kutipan dari lagu Billie Eilish yang berjudul All The Good Girls Go To Hell.

Bukan rahasia umum jika musik bisa memengaruhi cara bekerja otak. Bukan hanya dari sisi positif, tetapi juga dari sisi negatif. Sejumlah penelitian pun menyetujui bagaimana perasaan negatif dipengaruhi musik yang terkesan ‘sedih’ dan bisa membuat orang depresi.

Penelitian ini dilakukan Centre for Interdisciplinary Music Research di University of Jyväskylä, Aalto University di Finland serta Aarhus University di Denmark dengan memperhatikan sikap dan data neuroimaging. Penelitian ini telah dipublikasikan pada Frontiers in Human Neuroscience.

Berdasarkan hasil tersebut, orang-orang yang terbiasa mendengarkan musik yang menyedihkan bisa memikirkan sesuatu yang negatif berulang kali. Lewat penelitian itu mereka melakukan pencitraan resonansi magnetik fungsional atau disingkat fMRI. Hasilnya, laki-laki lebih suka mendengarkan musik untuk mengekspresikan perasaan negatif sedangkan perempuan mendengarkan musik untuk menghindari perasaan negatif.

Dilansir dari TIME, Senin, 9 Maret, hal ini terjadi karena ritme dan karakter musik bisa mengubah detak jantung serta bagaimana otak kita bekerja. Biasanya, trek dengan tempo lambat bisa menenangkan sedangkan musik bertempo cepat memiliki efek sebaliknya. Namun, semua ini hanyalah teori subjektif. 

“Ada orang yang mendengarkan musik metal Swedia dengan normal, jadi bagi mereka AC/DC menenangkan,” kata Daniel Levitin, psikolog dari McGill University, Canada.

Selain kerja otak, musik juga bisa meningkatkan pikiran agresif serta mendorong kejahatan. Dikutip dari CNN, hal ini terjadi karena beberapa alasan seperti ekonomi, rasisme, di bawah pengaruh yang salah serta kurangnya kesempatan dalam melakukan hal-hal positif.

Levitin menyatakan, cukup sulit untuk menganalisa jika musik bisa menciptakan kekerasan. Karena menurutnya, sikap kekerasan yang familiar dengan musik atau seni memang terjadi tetapi bukan berarti selalu benar adanya. Walaupun tidak salah jika mengatakan perspektif dunia bisa diubah melalui musik.

Faktor orang yang mendengarkan juga berpengaruh di sini. Orang yang memiliki kecenderungan depresi klinis biasanya merasa lebih buruk setelah mendengarkan musik yang terdengar menyedihkan. Musik bertanggung jawab dalam segi hubungan, kepercayaan, dan keintiman serta memicu hormon oksitosin dan serotonin. Seperti pada umumnya, musik memberikan sisi positif serta negatif.

Selain kasus pembunuhan yang dilakukan anak 15 tahun di Indonesia, ada banyak kasus yang diklaim disebabkan mendengarkan lagu tertentu. Salah satunya, Christopher Watts membunuh istrinya, Shan'ann yang sedang hamil 15 pekan, dan kedua putrinya, Bella dan Celeste pada awal 2018. Sang ayah diduga mendengarkan lagu Battery dari Metalica sebelum melancarkan aksi sadisnya tersebut.

Pada tahun 1984, keluarga McColumns menuntut penyanyi Ozzy Osbourne setelah anaknya, John Daniel bunuh diri diiringi lagu Suicide Solution karya vokalis Black Sabbath tersebut. Keluarga McColumns mengatakan lagu ini kemungkinan berperan besar dari keputusan sang anak untuk mengakhiri hidupnya. Osbourne pun menyuarakan bahwa ini soal efek negatif dari alkohol. “Ini hanya kasus salah tafsir,” katanya.