Gelombang Otak dan Kaitannya dengan Musik untuk Meditasi
Ilustrasi (Foto: Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Ketika Anda memusatkan pikiran dan melakukan meditasi, otak bekerja mengirimkan gelombang pada sistem hormon, sehingga menghasilkan hormon yang dapat memicu ketenangan. Gelombang ini disebut sebagai gelombang otak.

Saat gelombang otak bekerja, sistem hormon dapat menghasilkan beragam hormon dengan aneka reaksi berdasarkan kondisi yang Anda alami. Anda pun dapat mengalami kesenangan, kesedihan, kecemasan, maupun ketenangan sebagai dampak dari bekerjanya gelombang otak.

Gelombang otak inilah yang kemudian berperan besar menentukan perasaan Anda ketika mendengarkan musik untuk meditasi maupun musik dalam genre apapun. Pada dasarnya, setiap individu memiliki lima jenis gelombang otak yang diyakini mewakili spektrum kesadaran manusia secara naluriah. Apa saja?

Foto Pixabay

1. Gelombang delta

Jenis gelombang otak yang paling lambat ini memiliki rentang frekuensi yang sangat rendah, berkisar 0,5-3 Hz. Gelombang delta terjadi saat Anda tidur dan melakukan aktivitas pemusatan pikiran seperti meditasi. Gelombang ini diyakini berperan dalam proses penyembuhan dan meningkatkan kualitas tidur.

2. Gelombang theta

Gelombang theta sering dikaitkan dengan kemampuan daya ingat dan navigasi ruang.  Gelombang ini juga terjadi ketika Anda tidur dan memusatkan pikiran. Rentang gelombang theta berkisar 3-8 Hz.

3. Gelombang alfa

Ketika otak berada dalam kondisi diam namun tetap siaga, seperti saat sedang melamun atau bermeditasi, gelombang alfa muncul. 

Gelombang ini juga bisa muncul ketika Anda melakukan olahraga yang repetitif seperti latihan aerobik. Rentang frekuensi gelombang alfa berkisar 8-12 Hz.

4. Gelombang beta

Saat Anda dalam keadaan sadar, waspada, fokus, dan tengah memecahkan suatu masalah, gelombang beta akan mendominasi otak. Aktivitas gelombangnya yang cepat berkisar 12-30 Hz.

5. Gelombang gamma

Gelombang gamma terjadi ketika otak memindai informasi secara bersamaan. Gelombang ini juga dikaitkan dengan tingkat kesadaran yang lebih tinggi.

Rentang frekuensi gelombang gamma berkisar 25-100 Hz. Umumnya, gelombang ini bergerak pada frekuensi 40 Hz.

Selain kelima jenis gelombang otak di atas, manusia juga dapat mengalami gelombang otak jenis lanjutan seperti Hyper-Gamma dengan frekuensi tepat 100 Hz, dan gelombang Lambda dengan frekuensi tepat 200 Hz. Berdasarkan penelitian lembaga Center for Accoustic Research, kedua gelombang ini berkaitan dengan kemampuan supranatural dan metafisika.

Foto: Pixabay

Melatih gelombang otak dengan musik untuk meditasi

Setiap individu mengalami perubahan gelombang otak yang unik sesuai tingkat kesadaran masing-masing. Pola gelombang otak tersebut dapat menentukan keadaan psikis Anda.

Untuk merangsang otak agar menghasilkan gelombang dengan frekuensi yang Anda butuhkan, terapi gelombang otak bisa jadi solusinya. Terapi ini diklaim dapat meningkatkan IQ, menambah kualitas tidur dan mengatasi gangguan mental.

Dalam praktiknya, terapi gelombang otak dapat dilakukan melalui dua cara, melalui rangsangan suara maupun kilatan cahaya. Cara kerjanya yaitu dengan merangsang otak agar memproduksi hormon tertentu sehingga dapat memengaruhi mood maupun sikap seseorang.

Yang paling populer dan banyak digunakan hari ini adalah terapi gelombang otak memanfaatkan teknologi suara atau yang akrab disebut sebagai musik untuk meditasi. Pada dasarnya, terapi ini menggunakan gelombang bunyi yang diatur dalam frekuensi tertentu, lantas didengarkan secara berulang hingga memengaruhi respons otak.

Saat frekuensi bunyi diatur, otak akan ikut merespons dan menghasilkan hormon sesuai frekuensi yang diinginkan.

Manfaat musik untuk meditasi

Selain berfungsi untuk merangsang otak agar memproduksi hormon tertentu sehingga dapat memengaruhi mood yang Anda butuhkan, musik pada dasarnya memiliki efek yang beragam pada tubuh dan pikiran.

Sejumlah penelitian mengungkapkan bahwa mendengarkan musik dapat memengaruhi sistem pernapasan dan detak jantung, merangsang sistem kekebalan tubuh, serta meningkatkan pusat kognitif dan emosional otak. Pun ketika mendengarkan musik untuk meditasi yang dapat membuat Anda rileks. Kondisi tersebut terjadi karena musik berfungsi:

• Memperlambat pernapasan

• Menurunkan detak jantung

• Menurunkan tekanan darah

• Menenangkan sistem saraf

• Meredakan ketegangan otot

• Memicu pelepasan hormon untuk tidur, termasuk serotonin dan oksitosin

• Mengurangi hormon-hormon penghalang tidur, seperti kortisol

Foto: Pixabay

Contoh musik untuk meditasi

Setelah mengetahui manfaatnya, kali ini Era.id akan membagikan deretan musik untuk meditasi yang direkomendasikan dan dapat merangsang gelombang otak menghasilkan mood yang menenangkan. Mengutip dari laman Vulture, berikut referensi musik untuk meditasi yang patut Anda dengarkan.

• Tony Scott, Music for Yoga Meditation (1972)

• Steve Hillage, Rainbow Dome Music (1979)

• Craig Kupka, Clouds (1981)

• Brian Eno, Thursday Afternoon (1985)

• Laraaji, Essence / Universe (1987)

• Henry Wolff dan Nancy Hennings, Tibetan Bells III (1988)

• Pauline Oliveros/Stuart Dempster/Panaiotis, Deep Listening (1989)

• Eliane Radigue, Trilogie de la Mort (1998)

• Gas, Pop (2000)

Tak hanya dirangsang oleh musik untuk meditasi, gelombang otak juga terjadi secara alami

Selain menggunakan bantuan teknologi seperti musik untuk memperoleh frekuensi gelombang otak yang dibutuhkan, pada dasarnya terapi gelombang otak dapat dilakukan secara alami serta terjadi tanpa disadari dalam kehidupan sehari-hari. Kondisi tersebut terjadi ketika:

Foto: Pixabay

Menikmati ombak di tepi pantai

Anda tengah mendengarkan rata-rata 10 bunyi per detik ketika duduk di tepi pantai sembari menikmati deburan ombak. Otak akan merespons aktivitas ini dengan memproduksi gelombang alfa pada frekuensi 10 Hz, sehingga Anda merasakan ketenangan dan kedamaian.

Berkendara di malam hari

Ketika berkendara dengan kecepatan tertentu di malam hari, Anda akan melihat rata-rata 20 sumber cahaya per detik. Sumber cahaya tersebut berasal dari lampu jalanan, gedung, maupun kendaraan lain.

Saat hal ini terjadi, otak secara otomatis memproduksi gelombang beta dengan frekuensi 20 Hz. Hal ini menyebabkan Anda menjadi lebih waspada saat berkendara.

Sementara itu, ketika Anda memperlambat laju kendaraan, Anda hanya akan melihat rata-rata 7 sumber cahaya per detik. Sehingga, otak akan memproduksi gelombang tetha dan menyebabkan Anda melamun ketika berkendara