Eksklusif Menur Menanggapi Sukmawati Soekarnoputri Pindah Agama Hindu: Surgaku Tetap di Kaki Ibu

JAKARTA - Seperti ketiban pulung, GRA Putri Agung Suniwati atau Menur menjadi sasaran untuk dimintai keterangan ketika Sukmawati Soekarnoputri pindah agama Hindu. Dengan menyelesaikan upacara Sudhi Wadani, 26 Oktober, Sukmawati resmi menganut agama Hindu.

Sebagai anak kedua dari Sukmawati, Menur mengaku kaget dengan keputusan mamanya. Meski begitu, dia tak memberi respon berlebih.

"Hemm agak kaget sih, agak kaget. Kagetnya dalam arti, mama yakin maksudnya untuk pindah agama? Apa sudah mantap atau yakin? Tapi beliau bilang ya sudah mantap, yakin. Saya sih support saja sebagai anak," katanya saat berbincang dengan VOI, Selasa, 26 Oktober.

GRA Putri Agung Suniwati atau Menur (Foto: Saviq Rabos, DI: VOI)

Sadar sebagai sesama manusia dewasa, Menur memberikan dukungan atas pilihan mamanya. "Bukan nanya setuju dan gak setuju sih, mungkin nanya pendapat, mungkin ke mas Paundra juga. Karena buat saya itu keyakinan masing-masing individu, hak setiap manusia. Karena keyakinan itu prinsip. Dan gak bisa memaksakan juga gitu," tegasnya.

Banyak yang berasumsi, Menur tidak peduli dengan aktivitas Mamanya. Dibanding dengan Paundra dan Putra, Menur nyaris tidak terlihat dalam unggahan Sukmawati di sosial media. Warganet berfikir mereka tidak dekat satu sama lain sehingga tidak peduli.

"Mungkin kalau dilihat di luar sana kelihatannya gak dekat ya, kelihatannya jarang ketemu, jarang bareng. Mungkin lebih ke mas Paundra yang mungkin lebih sering. Sebenarnya nggak juga sih. Saya semua sama-sama dekat sih. Namanya saja ibu," katanya.

Anak perempuan satu-satunya dari Sukmawati dan Mangkunegara IX ini mendapat banyak pesan dan pertanyaan tentang keputusan mamanya pindah agama. Karena itulah, Menur akhirnya bicara.

GRA Putri Agung Suniwati atau Menur (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

"Mama pindah agama jadi trending topik dan juga jadi viral berita-berita kemarin. Dari WA, DM segala macam, dari Facebook juga. Ya gak apa-apa sih, itu kan hak setiap orang, beda-beda persepsi itu hal yang biasalah," paparnya.

Seperti pesan Soekarno sebagai pendiri Negara Indonesia yang menjunjung tinggi perbedaan dalam persatuan, Menur memberikan dukungan untuk mamanya.

"Support sih yang pasti, kita kan hidup saling toleransi, maksudnya bhinneka tunggal ika, dan NKRI Pancasila ya harus saling toleransi lah. Bagi saya, apa buat mama happy, bahagia ya kita juga happy dan bahagia," tegasnya.

"Kita diajarkan untuk saling menghargai satu sama lain, apalagi yang berbeda agama, beda keyakinan ya harus saling menghargai, menghormati gitu. Nggak ada masalah apa-apa, ya biasa saja. Karena kita nggak melihat itunya, saya putrinya, beliau (Sukmawati Soekarnoputri) ibu kandung saya," lanjutnya.

Menghormati Mama, Menjaga Surga

GRA Putri Agung Suniwati atau Menur (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Tak mau membenturkan agama yang ditinggalkan dan keyakinan baru mamanya, Menur dengan bijak mengajak semua pihak kembali lagi ke toleransi. Perbedaan keyakinan bukanlah masalah. Karena menurutnya apapun agama itu baik semuanya, tergantung pengikutnya. Pemikiran itulah yang membuat adik Paundra ini ikhlas.

"Ikhlas sih, saya nggak pernah mempermasalahkan itu, karena ya kembali apapun pilihannya apapun keyakinannya, ya kita harus support sebagai anak. Apapun yang membuat beliau happy, senang ya kita harus support-lah. Kita senang juga kan, saat ibu kita bahagia, senanglah, happy," katanya.

Menur membuktikan kedekatannya dengan sang mama dengan menunjukkan komunikasi mereka yang sangat baik. "Kebetulan hari ini pas tanggal 26 ulang tahun ibu saya, ibu Sukmawati. Sempat kontak, sudah tadi pagi sih, langsung selamat ulang tahun lewat WA," katanya.

Bukan cuma seorang mama yang cantik dan selalu mendukungnya, Sukmawati adalah sumber inspirasi bagi Menur. Pesan-pesan Sukmawati tentang hidup menjadi pedoman bagi Menur.

"Beliau wanita yang hebat luar biasa, semangatnya terus pantang menyerah, orangnya kekeuh, maksudnya ya harus bisa apa yang mau di ini, harus dicapai. Semangatnya memang luar biasa. Dan apa ya, jiwa pemimpinnya juga," paparnya.

GRA Putri Agung Suniwati atau Menur (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

"Jadi perempuan itu harus mandiri, harus bisa berdiri di kaki sendiri. Memang kita tetap butuh pertolongan orang pasti ya. Tapi yang penting kita berdiri di kaki sendiri. Mandirilah, perempuan harus mandiri," katanya.

Menjadi sosok inspiratif, itulah yang membuatnya tidak mau pusing menanggapi komentar negatif warganet atas keputusan Sukmawati pindah agama Hindu.

"Jujur ya untuk hal itu saya jarang menanggapi komen-komen seperti itu, ya baca, tapi untuk dibuat serius ditanggapi seperti apa, baca komen ya sudah baca saja gak dimasukin hati. Maksudnya, cacian apa yang begitu yang negatif-negatif ya gini aja. Jangan digubris," tegasnya.

Apapun pilihan mamanya, Menur akan tetap menghormatinya. Karena baginya, surga tetap berada di bawah kaki ibu.

"Ya haruslah, kan surga kita ada di ibu jadi harus menghormati apapun itu, harus menyayangi mencintai mengasihi, respek, menghormati. Jangan jadi anak durhakalah, karena sebagai anak surga kita ada di ibu," katanya.

GRA Putri Agung Suniwati atau Menur (Foto: Savic Rabos, DI: Raga/VOI)

Sebagai YouTuber pemula, Menur ingin warganet tahu kedekatan mereka dengan karya. Dia menyimpan keinginan untuk membuat obrolan bersama Sukmawati untuk kanal YouTube Menur Soekarno.

"Ya curhat biasanya saja gak terlalu spesifik, normally lah ibu dan anak, tapi lebih ke kerjaan," tuturnya.

Sebagai wanita yang mandiri, Menur mengaku sulit mengungkapkan emosinya secara terbuka. Karena itu, dia tidak menjanjikan banyak tentang impiannya tersebut. 

>

"Tahun berapa ya 2000 pas mau nikahlah. Terakhir menangis di pelukan mama? iya. Ya gimana sih pelukan seorang ibu, lebih nyaman, hangatlah gitu. Kalau konsep sih menur bercerita ya maksudnya lebih ke global, universal jadi nggak terpaku pada satu dua tema itu-itu saja, nusantara deh, maksudnya mungkin kuliner, podcast, vlog, macam-macamlah, politik mungkin, travelling ya inshaAllah ," terang putri perempuan nsatu-satunya Sukmawati Soekarnoputri.