Serangan "Putus Asa" Fidel Castro yang Mengawali Revolusi Kuba
JAKARTA - "Revolusi itu lahir di Moncada," ujar Celia Sanchez kawan dekat Pemimpin Revolusi Kuba, Fidel Castro sejak masa gerilya. Ia merujuk pada peristiwa serangan "putus asa" yang dipimpin Castro terhadap Barak Moncada di Santiago de Cuba pada 26 Juli, tepat hari ini 67 tahun lalu atau pada 1953. Serangan yang nyaris tak punya peluang menang tersebut menjadi tonggak dimulainya revolusi Kuba.
Fidel Castro sebenarnya hanyalah sebuah representasi kemarahan publik pada rezim Jenderal Fulgencio Batista. Dengan jabatannya sebagai kepala angkatan bersenjata yang diperoleh setelah melakukan kudeta 1933, Batista menjadi king maker dan turut menjalankan pemerintahan.
Pemerintahan Batista dinilai korup dan represif kepada rakyat yang kemudian secara sistematis mulai memonopoli bisnis besar di Kuba yang dibantu mafia Amerika Serikat. Ia menguasai perdagangan narkoba, perjudian hingga prostitusi.
Seiring meningkatnya jurang ketimpangan, menyebabkan banyaknya demonstrasi dan kerusuhan yang dipelopori mahasiswa dan kaum komunis. Masyarakat Kuba terus memendam rasa amarahnya sampai Batista membuat "kemenangan yang dipaksakan" pada 10 Maret 1952. Karena tahu ia bakal kalah dalam Pemilu yang dijadwalkan pada Juni, maka dirinya melakukan kudeta saat itu.
Melihat hal itu seorang Pengacara Muda yang menjadi calon Dewan Perwakilan Rakyat dari Partai Ortodoxo daerah pemilihan Havana, Fidel Castro geram. Ia merasa cara-cara halus sudah tak mempan untuk melawan rezim korup. Oleh karenanya tak ada cara lain kecuali revolusi.
Tahun-tahun pasca kudeta Batista merupakan periode perselisihan sosial yang hebat. Para pemuda dari dan di sekitar Havana memberontak. Mereka berkumpul dan Castro menjadi pemimpinnya.
Penyerangan Barak Moncada
Pada tahun berikutnya, seperti dilansir The New York Times gerakan ini merencanakan sebuah serangan ke Barak Moncada, sebuah markas militer terbesar kedua di pulau itu yang berisi lebih dari 1.000 tentara. Serangan ini menjadi jantungnya operasi lantaran terdapat gudang senjata yang bisa dimanfaatkan para relawan untuk berperang melawan rezim Batista.
Dari sekitar 160-an relawan yang dipilih Castro, mayoritas mereka berasal dari golongan biasa. Castro ingin pasukannya berasal dari orang-orang yang ia sebut "los humildes" yakni mereka yang bukan dari kelas menengah, mahasiswa atau intelektual yang ia rasa tak akan bisa dipercaya.
Kebanyakan relawan tersebut berasal dari partai Ortodoxo. Sejarawan Inggris Hugh Thomas dalam studinya tentang revolusi Kuba mencatat hanya ada satu orang beraliran komunis dari seluruh kelompok. Bahkan partai Komunis Kuba sendiri pernah mengecam keras serangan tersebut.
Kaum revolusioner yang telah dilatih dalam kelompok berkumpul pada malam hari, 25 Juli 1953 di sebuah pertanian luar Santiago de Cuba, ibu kota Provinsi Oriente. Lalu pada dini hari tanggal 26 mereka mengitari Avenida Moncada menuju sebuah benteng tua. Castro berada di mobil kedua saat itu.
Baca juga:
Sampainya di sana mulanya mereka berhasil menduduki pos penjaga. Namun setelah alarm berbunyi, pasukan Castro segera disergap oleh pasukan patroli. Selama sejam lebih mereka kewalahan menghadapi tentara.
Selama perang berkecamuk korban jiwa dari pihak Castro tercatat hanya empat orang. Namun setelah melakukan operasi penangkapan, total pasukan Castro yang ditangkap dan dibunuh sehari setelahnya jumlahnya sekitar 68 orang.
Sementara itu Castro bersama 17 pasukannya melarikan diri ke bukit. Ia kemudian berencana menyerang garnisun --pos pasukan militer-- terdekat di Siboney, namun kelompok itu kemudian terpencar.
Castro dan dua orang temannya berkeliaran selama seminggu di pegunungan dan akhirnya diciduk oleh komandan patroli, Lieut Pedro Sarria. Sarria mengenali Castro, ia lantas melindungi Castro dan membawanya kembali dengan aman ke penjara sipil di Santiago de Cuba.
Fidel Castro, saudara lelakinya dan para penyelamat lainnya dikirim ke penjara di Isle of Pines. Sementara Presiden Batista, dalam kesepakatan politik dengan oposisi, membebaskan mereka semua pada 15 Mei 1955. Sepertinya Batista tak mengetahui bahwa ketika berada di penjara, Castro telah merencanakan rangkaian revolusi selanjutnya.
Meski mengalami kekalahan pada penyerangan Barak Moncada, Castro tetap senang ketika mengingat momen tersebut. Menurutnya apabila saat itu berhasil justru tak masuk akal, karena terlalu cepat. Namun kekalahan tersebut terbayar, karena peristiwa itu menjadi simbol dimulainya gerakan revolusi Kuba. Revolusi baru berhasil saat perang gerilya di Sierra Mestra pada 1 Januari 1959 yang dipimpin pasukan Che Guevara.