Fakta-fakta Temuan Kandungan Parasetamol di Teluk Jakarta
JAKARTA - Warga Ibu Kota digegerkan dengan temuan bahwa air laut di Teluk Jakarta mengandung parasetamol. Temuan ini merupakan hasil penelitian dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan University of Brighton UK merilis mengenai kualitas air laut di beberapa situs terdominasi limbah buangan.
Hasil studi tersebut dimuat dalam jurnal Marine Pollution Bulletin berjudul High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia pada Agustus 2021.
Hasil penelitian menunjukkan beberapa parasetamol terdeteksi di dua situs, yakni muara sungai Angke (610 ng/L) dan muara sungai Ciliwung Ancol (420 ng/L), keduanya di Teluk Jakarta.
Alasan teliti parasetamol
Peneliti oseanografi dari Badan Riset dan Teknologi Nasional (BRIN) Wulan Koagouw menjelaskan alasan pihaknya memilih untuk meneliti kandungan parasetamol.
Berangkat dari fakta, parasetamol adalah salah satu obat-obatan yang dijual secara bebas di Indonesia tanpa perlu resep dokter. Kata Wulan, pada 2017, Jakarta salah satu kota di dunia dengan tingkat konsumsi parasetamol yang tinggi.
"Sebenarnya, alasannya simpel. Jadi, saya ingin tahu di Indonesia, apakah terdeteksi. Saya hanya penasaran, ingin tahu apakah parasetamol itu terdeteksi atau tidak, ternyata terdeteksi," kata Wulan pada Senin, 4 Oktober.
Peneliti oseanografi BRIN, Zainal Arifin menambahkan, secara teori, sumber sisa parasetamol yang ada di perairan teluk Jakarta dapat berasal dari tiga sumber. Sumber tersebut adalah ekresi akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan, rumah sakit, dan industri farmasi.
“Dengan jumlah penduduk yang tinggi dikawasan Jabodetabek dan jenis obat yang dijual bebas tanpa resep dokter, memiliki potensi sebagai sumber kontaminan di perairan," jelas Zainal.
"Sedangkan sumber potensi dari rumah sakit dan industri farmasi dapat diakibatkan sistem pengelolaan air limbah yang tidak berfungsi optimal, sehingga sisa pemakaian obat atau limbah pembuatan obat masuk ke sungai dan akhirnya ke perairan pantai,” tambahnya.
Baca juga:
- Peneliti LIPI-BRIN Belum Tahu Dampak Kandungan Parasetamol Teluk Jakarta untuk Manusia
- Jika Pencemaran Parasetamol di Teluk Jakarta Disengaja, DKI Ancang-ancang Beri Sanksi
- Ternyata, Sampel Penelitian Air Laut Teluk Jakarta Mengandung Parasetamol Diambil Tahun 2017
- Benar Tidaknya Air Laut Teluk Jakarta 'Rasa' Paracetamol, Tunggu 2 Pekan Lagi
Belum tahu dampak ke manusia
Peneliti oseanografi dari Badan Riset dan Teknologi Nasional (BRIN) Wulan Koagouw menyebut pihaknya belum dapat memastikan apa efek bagi manusia atas temuan kandungan parasetamol dalam air laut Teluk Jakarta.
"Kalau dampaknya kepada manusia itu saya tidak bisa ngomong kalau saya tidak punya data. Soal tingkat kekhawatiran bagi manusia, saya tidak tahu," tutur Wulan.
Wulan menuturkan, peneliti BRIN masih harus melakukan riset lebih lanjut mengenai bahaya Parasetamol tersebut terhadap lingkungan.
Yang jelas, bila kondisi ini dibiarkan dalam jangka waktu yang lama, maka akan memiliki dampak buruk bagi ekosistem biota laut di sekitar Jakarta.
“Jika konsentrasinya selalu tinggi dalam jangka panjang, hal ini menjadi kekhawatiran kita karena memiliki potensi yang buruk bagi hewan-hewan laut," ucap Wulan.
Sejauh ini, hasil penelitian di laboratorium menemukan bahwa pemaparan parasetamol pada konsentrasi 40 ng/L telah menyebabkan atresia pada kerang betina, dan reaksi pembengkakan.
"Penelitian lanjutan masih perlu dilakukan terkait potensi bahaya parasetamol atau produk farmasi lainnya pada biota-biota laut," ungkap Wulan.
Ditindaklanjuti Pemprov DKI
Setelah hasil penelitian kandungan parasetamol beredar, Pemprov DKI langsung merespons. Dinas Lingkungan Hidup (LH) DKI mengambil sampel air laut Teluk Jakarta di empat titik pada Sabtu, 2 Oktober lalu.
Dinas LH ingin memastikan masih tercemar-tidaknya air laut tersebut. Mengingat, pengambilan sampel penelitian soal kandungan parasetamol itu dilakukan pada tahun 2017 lalu.
"Kami telah melakukan pengambilan sampel. Hasilnya belum keluar karena sampel baru kita kirim ke Labkesda DKI untuk dianalisa," kata Humas Dinas LH Yogi Ikhwan.
Yogi menuturkan, Dinas LH tak mengambil sampel air di satu lokasi saja. Ada empat titik perairan yang diambil sampelnya. "Lokasi pengambilan sampel di Dermaga Marina, Muara Ancol, Dermaga Angke, dan Muara Angke," ujar dia.
Setelah mendapatkan data terkait kandungan parasetamol itu, Yogi mengungkapkan pihaknya akan membuat kebijakan untuk mengendalikan pencemaran air laut tersebut.
"Itu pencemaran karena bukan pada tempatnya. Parasetamol kok ada di laut, apapun yang tidak pada tempatnya, apapun yang melebihi kadarnya di suatu tempat tergolong pencemaran," pungkasnya.