Bisnis dari Perusahaan di Inggris Diprediksi Akan Pulih di Semester II 2021

JAKARTA - Pandemi COVID-19 menghantam hampir setengah dari perusahaan-besar besar di Inggris. Meski demikian, survei akuntan internasional Deloitte memperkirakan bisnis para perusahaan besar tersebut akan kembali pulih pada semester II 2021 dari pandemi COVID-19.

Dilansir dari Reuters, Senin 20 Juli, Deloitte telah mewawancarai 109 pejabat keuangan utama dari berbagai perusahaan. Survei tersbeut berlangsung pada 26 Juni hingga 8 Juli 2020.

Berdasarkan hasil survei, disebutkan bahwa sebanyak 49 persen pejabat keuangan baik dari perusahaan besar dan sebagian besar perusahaan terbuka, menyatakan bisnis akan pulih pada semester kedua tahun depan.

Sementara, 33 persen pejabat lainnya memperkirakan pemulihan terjadi pada paruh pertama 2021. Dan 10 persen dari jumlah 33 persen pejabat tersebut mengatakan bisnis sudah bangkit kembali.

Survei tersebut juga membahas tentang isu-isu lain dalam dunia bisnis, seperti pada panel bertajuk Bank Inggris sebagai pengambil keputusan. Di situ, menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan berupaya untuk mengantisipasi dampak COVID-19.

Kepala Ekonom Deloitte, Ian Stewart mengatakan, perusahaan-perusahaan itu kecewa tentang prospek pekerjaan, investasi serta penambahan risiko pada neraca mereka. Para perusahaan besar tadinya mengharapkan hasil yang panjang untuk tingkat pendapatan sebelum adanya pandemi COVID-19. 

Sementara itu, badan perdagangan manufaktur, Make UK meminta pemerintah untuk memperpanjang skema cuti kerjanya, yang akan berakhir pada akhir Oktober 2020 selama enam bulan untuk sektor-sektor industri utama.

Stephen Phipson, Kepala Eksekutif Make UK menyebutkan, skenario Bank of England yang diterbitkan pada bulan Mei menunjukkan ekonomi mendapatkan kembali ukuran seperti sebelum pandemi pada paruh kedua 2021, namun bukti pemulihan yang diperlukan masih sedikit.

"Saat ini, laju pemulihan dengan kurva berbentuk V untuk industri tampaknya jauh," kata Stephen.

Oleh karena itu, menurut Stephen, jika ingin mengurangi dampak terburuk dari kehilangan pekerjaan potensial, pemerintah harus memperluas skema cuti untuk sektor-sektor strategis utama. Demikian dilakukan untuk memberi ruang bernapas kepada sektor-sektor strategis itu.

Ekonomi Inggris dapat menyusut lebih dari 14 persen tahun ini jika ada kerusakan yang berkelanjutan dari COVID-19. Gubernur Bank of England Andrew Bailey mengatakan, ekonomi Inggris mulai pulih dari dampak COVID-19, namun beberapa sektor padat karya tetap lemah dan memiliki prospek jangka panjang yang belum jelas.