Hari Kopi Internasional, Lewi's Collective Market Dorong Roastery Lokal Indonesia Go International
JAKARTA - Lewi's Organics Factory menggelar Lewi's Collective Market untuk mendampingi dan memberikan pelatihan kepada 34 UMKM. Lewi’s Collective Market merupakan sebuah acara yang mewadahi para pelaku UMKM untuk melakukan promosi, pemasaran dan branding.
34 brand lokal yang turut bergabung terdiri dari 28 tenant fashion, beauty, home and living, produk organik, dan 6 lainnya merupakan roastery kopi lokal Indonesia. Acara yang digelar 30 September - 3 Oktober ini bertepatan dengan hari Kopi Internasional, 1 Oktober.
Lewi's Collective Market menunjukkan kepada publik bahwa kolaborasi kolektif antar UMKM dapat dilaksanakan dengan cara yang unik, berbasis komunitas, menarik dan modern.
"Kita bekerjasama dengan para UMKM terutama para pengusaha muda, berkumpul dalam satu tempat untuk mempromosikan produk mereka. selain produk organik, kita juga membina para petani dan pengrajin tenun, lalu kita jual dan pasarkan di Lewi's Organics Factory," tutur Lewi Cuaca selaku Owner Lewi's Organics Factory dalam rilis yang diterima VOI, Kamis, 30 September.
Leonard Theosabrata selaku Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (LLP-KUKM) atau Smesco Indonesia, dan Tubagus Fiki Chiraka Satari, Staff Khusus Kementerian Koperasi dan UKM Republik Indonesia.
"Kehadiran kita di event seperti ini bukan hanya untuk support, melainkan untuk belajar, agar mengetahui apa yang dibutuhkan berbagai sektor dari pemerintah karena itu adalah sinergi yang penting," ungkap Leonard.
Tubagus Fiki mengungkapkan, "Lewi's Organics meyakinkan kami, bahwa produk UKM khususnya lewi's Organics sangat diminati baik di dalam maupun luar negeri. Kita sangat mengapresiasi bagaimana Lewi's Organics bisa mengambil peran sebagai agregator yang mengkonsolidasi para petani dan UMKM yang terdampak pandemi.
Baca juga:
UMKM yang tergabung telah melalui tahap kurasi dimana harus sesuai dengan tujuan Lewi's Organics, dimana produk tersebut merupakan produksi sendiri, tidak boleh immport, bukan distibutor maupun reseller, melainkan harus kreasi brand UMKM itu sendiri.
"Visi misi kita adalah memotivasi UMKM muda mulai bergerak untuk tidak hanya menjadi konsumen, importir, dan tidak hanya menjadi pedagang, tapi memproduksi sesuatu," tambah Lewi.
Pandemi, lanjut Lewi, bisa menjadi awal yang baik untuk membuka pasar di luar negeri. "Acara ini memberikan motivasi, harapan, dan sustainability. Kita ingin menularkan bagaimana usaha kita bisa konsisten, dan mengerti apa yang pasar butuhkan. Banyak produk Indonesia, seperti kopi yang diakui di luar negeri. Karena pandemi tidak bisa ke Indonesia, maka produknya yang dieksport," pungkas Lewi.