Eksklusif Angga Yunanda Belajar Akting Seperti Belajar Hidup
JAKARTA - Memasuki tahun keenam di dunia akting, Angga Yunanda semakin bersinar. Memulai karir sebagai figuran, sinetron, layar lebar, kemudian series, Angga adalah tunas yang menjanjikan sebagai aktor Indonesia. Keinginan belajar yang kuat membuat pria kelahiran 16 Mei 2000 ini akhirnya bisa memuaskan penonton.
Pemilik nama lengkap Angga Aldi Yunanda mulai dikenal setelah membintangi sinetron Malu-Malu Kucing dan Mermaid in Love pada tahun 2015. Angga langsung mendapatkan banyak cinta penonton ketika bermain sinetron.
"Seni peran punya andil yang sangat besar bagi diri aku sendiri. Dan aku merasa seangat beruntung banget bisa berada di industri ini dan mencoba berbagai macam hal. Mencoba banyak karakter dan belajar banyak dari karakter yang aku mainin dan tonton," ujar Angga saat berbincang virtual dengan VOI beberapa waktu lalu.
Tahun 2018, Angga memulai debutnya di dunia film bersama Amanda Manopo dalam film horor berjudul Sajen. Tak mudah bagi Angga untuk menancapkan kukunya di layar lebar. Tahun 2019, Angga membintangi film horor berjudul Tabu: Mengusik Gerbang Iblis, nama Angga masih belum diperhitungkan.
Awalnya, Angga bukan pemilih soal peran. Tapi pekerja keras yang suka belajar dan menyerap ilmu melalui pengalaman hidup. Angga berkembang dari setiap film dan karakter yang dimainkannya.
"Aku belajar banyak dari orang yang aku temui di industri kreatif ini. Menurut aku akting adalah suatu hal yang sangat luar biasa. Salah satu keajaiban yang sangat bisa mengubah hidup seseorang. Aku senang bisa berada di industri ini dan dapat pembelajaran yang sangat berarti," jelasnya.
"Akting menurut aku itu sangat rumit karena tidak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh proses yang sangat panjang, butuh pembelajaran yang tiada hentinya. sama seperti kehidupan, akting itu akan terus berjalan seriing dengan perjalanan waktu kita sendiri," tegasnya.
Keseriusannya akting dalam film yang merupakan debut sutradara Gina S. Noer, yakni Dua Garis Biru baru diakui oleh penonton. Film ini mendapat banyak cinta dari penonton film. Apresisasi dari kritikus film juga sangat positif.
Bagi Angga, ini bukan pencapaian tapi sebuah perjalanan baru. "Aku merasa 6 tahun karir aku adalah proses yang sangat panjang. Aku bersyukur bisa belajar banyak dari hal-hal yang aku lewati di industri ini," jelasnya.
Film ini membawanya masuk nominasi Festival Film Indonesia untuk kategori Pemeran Utama Pria Terbaik. Dia juga masuk kategori Aktor Utama Terpilih untuk Piala Maya. Dalam Indonesian Movie Actors Awards, Angga masuk kategori Pemeran Utama Pria Terfavorit dan Pemeran Pasangan Terfavorit.
Baca juga:
Namun Angga tak mau terlena. Pencapaian itu adalah bonus dari usahanya. Ada yang lebih bernilai dari pencapaian tersebut. "Untuk aku pribadi sangat senang banget jika teman-teman bisa mengambil hal-hal positif dari apa yang aku peranin. Atau bahkan bisa mengubah sudut pandang mereka menjadi lebih baik. Dan aku sangat bersyukur melihat banyak orang terinspirasi dari karakter yang aku peranin," paparnya.
Dua karya film terbarunya, sudah masuk dalam jajaran box office. Akhir tahun 2019, Angga tergabung dalam film biopik yang diproduksi oleh Manoj Punjabi, yakni Habibie & Ainun 3. Tahun 2020, Angga kembali bertemu dengan Adhisty Zara dalam film drama remaja berjudul Mariposa dan Di Bawah Umur.
Di titik ini Angga sudah terlihat berkembang menjadi tunas baru akting di jajaran Aktor Indonesia. Kemauan belajarnya terlihat dari satu peran ke peran yang dilakoninya.
"Sampai saat ini aku masih terus belajar untuk menjadi aktor yang lebih baik, karena aku merasa masih banyak hal yang harus aku pelajari ke depan. Aku ingin belajar dari orang-orang hebat, dari teman-teman yang punya talenta luar biasa di industri ini. Semoga saja bisa terus membangun perfilman indonesia menjadi lebih baik," katanya.
BELAJAR DARI LAWAN MAIN
Jika ingin melihat perkembangan Angga, tengoklah lawan mainnya. Angga mulai bersanding dengan pemain film watak dan dia bisa mengimbanginya. Termasuk saat Angga terlibat dalam produksi film Cinta Pertama, Kedua & Ketiga, berlawanan dengan Putri Marino
Jika ada yang membuatnya tak lelah belajar akting, itu adalah cinta. Kecintaannya pada akting diwujudkan dalam keseriusannya membangun karakter yang diperankannya.
"Suka banget sama akting karena industri ini berhasil membentuk Angga Yunanda seperti yang sekarang. Aku nggak kepikiran kalau aku nggak akting aku mau jadi apa. Pengalaman akting itu pengalaman yang nggak bisa aku lupakan seumur hidup. Aku belajar atti kehidupan dari karater yang aku mainin dan aku tonton di film Indonesia," tegasnya.
Tak puas, Angga masih menyimpan harapan untuk aktingnya. "Aku ngerasa banyak karakter yang sangat ingin aku mainkan. Karakter yang penuh dengan misteri, genre thriller sangat aku nantikan. Karena menurut aku jarang film maupun serial yang mengambil tema genre tersebut," katanya.
Pandemi COVID-19 secara global mengubah peta industri perfilman dunia. Ketika bioskop ditutup, namun hiburan tetap dibutuhkan, maka streaming over the top (OTT) menjadi pilihan. Angga beradaptasi kembali.
"Sampai saat ini aku sudah membintangi dua series yaitu Kisah untuk Geri dan Antares yang tayang di WeTV. Aku bersyukur banget di tengah keterbatasan bagi para sineas untuk perfilman Indonesia karena pandemi cukup berdampak, tapi aku masih bisa terus akting dengan beradaptasi di serier," katanya.
Sebagai generasi muda yang dekat dengan teknologi, Angga menyadari OTT adalah jalan keluar yang paling masuk akal selama pandemi. "Kita harus beradaptasi dengan hal baru. Beruntungnya, teknologi sudah semakin maju dan kita bisa mengandalkan jalur OTT dan streaming platfom. Aku beruntung banget bisa main dalam dua series tersebut," katanya.
"Aku senang melihat series ini disambut antusias masyarakat yang mungkin sudah sangat rindu dengan karya baru dari anak bangsa. Untuk aku sendiri bangga bisa menjadi bagian dari dua series. Ada banyak adaptasi baru yang harus kita lakukan karena banyak perbedaan saat syuting series dan film," katanya.
Salah satu alasan yang membuat Angga senang adalah jangkauan OTT yang tak lagi ada pembatasan wilayah. Antusiasme penonton bisa datang dari berbagai daerah.
"Kisah untuk Geri dan Antares bisa ditonton bukan cuma warga Indonesia tapi juga di luar negeri. Bahkan Antares masuk dalam jajaran favorit peringkat pertama di Malaysia. itu luar biasa buat kita pemain dan kru-kru lainnya. Sangat senang dengan hal tersebut karena kerja keras yang kita lakukan mendapat hasil yang baik," katanya.
Film, menurut Angga membutuhkan waktu lebih lama untuk mendalami karakternya begitupun untuk proses syutingnya. "Series itu cukup terbatas tapi kita bisa semaksimal mungkin membuat karaya itu bisa dinikmat teman-teman di rumah. OTT adalah cara baru untuk berkarya ke depannya. 2021 adalah start awal bagi sineas aku merasa sedang memulai perjalanan baru," jelas Angga.
Penayangan series secara global diharapkan menjadi peluang baru yang bisa ditangkapnya. "Aku berharap film maupun series yang tayang di OTT bisa punya kualitas lebih baik sehingga bisa menyaingi film dan series di luar negeri, Karena lewat OTT kita bisa menyebarkan karya anak bangsa ke seluaruh dunia. Alangkah baiknya, jika kita tidak hanya jadi tuan rumah di negeri sendiri tapi juga di luar negeri," tegasnya.
Jumlah penduduk yang tinggi dan internet yang cepat, menurutnya, adalah peluang yang bisa dimanfaatkan sineas untuk membuat karya terbaik. Ada kebutuhan hiburan yang perlu dipenuhi secara mandiri.
"Jika kita melihat saat ini sudah mulai banyak PH yang memulai untuk membuat karya di OTT. Tidak lagi berbatas ya menurut aku sekarang. Banyak produksi yang syuting untuk OTT. Aku senang melihatnya, karena antusiasme masyarakat nonton di OTT juga mendorong pelaku seni untuk membuat karya yang baik untuk ditonton," jelasnya.