Bank Indonesia Lanjutkan Pembelian SBN Total Rp139 Triliun untuk Danai APBN
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) menyebut masih terus melanjutkan pembelian Surat Berharga Negara (SBN) yang dirilis oleh pemerintah.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa hingga hingga 17 September 2021 bank sentral telah mengoleksi SBN senilai Rp139,84 triliun.
“Dari jumlah tersebut terdiri dari Rp64,38 triliun melalui mekanisme lelang utama dan Rp75,46 triliun melalui mekanisme Greenshoe Option atau GSO,” ujarnya dalam keterangan pers seperti yang dikutip pada Rabu, 22 September.
Untuk diketahui, jumlah tersebut meningkat hampir Rp8 triliun dalam sebulan setelah sebelumnya otoritas moneter melaporkan pembelian SBN hingga 16 Agustus 2021 adalah sebesar Rp131,96 triliun.
Lebih lanjut, Perry memaparkan pula jika Bank Indonesia telah menambah likuiditas (quantitative easing) di perbankan sebesar Rp114,15 triliun pada sepanjang tahun ini.
“Melalui ekspansi moneter tersebut, kondisi likuiditas perbankan pada Juli 2021 sangat longgar, tercermin pada rasio alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) yang tinggi, yakni 32,51 persen dan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 10,43 persen secara year-on-year (y-o-y),” tuturnya.
Baca juga:
- Dapat Award dari India, Menko Airlangga Bercerita Soal Presiden Jokowi Telepon PM Modi untuk Belajar Atasi Ledakan COVID-19
- BI Optimistis Kinerja Ekonomi Nasional Akan Terus Membaik Secara Bertahap
- Sri Mulyani Bawa Kabar Gembira: Satgas BLBI Rampas Rp110 Miliar Dana BLBI dari Konglomerat Kaharudin Ongko, Masuk Kas Negara Kemarin
Perry menambahkan, likuiditas perekonomian juga meningkat yang tercermin pada uang beredar dalam arti sempit (M1) dan luas (M2) yang tumbuh masing-masing sebesar 14,9 persen y-o-y dan 8,9 persen y-o-y pada Juli 2021.
Menurut dia, pertumbuhan uang beredar terutama ditopang ekspansi fiskal dan moneter yang meningkat serta kredit perbankan yang tetap tumbuh positif.
“Ke depan, berlanjutnya perbaikan aktivitas kredit diharapkan dapat lebih meningkatkan peran ekspansi likuiditas dalam mendorong pemulihan ekonomi melalui kecepatan perputaran uang di ekonomi,” tutup Perry.