Bagaimana AS Bisa Begitu Parah Dihantam COVID-19

JAKARTA - COVID-19 menyebar cepat. Berbagai negara dunia harus menghadapi angka kematian yag terus naik akibat virus corona baru tersebut. Amerika Serikat (AS) jadi salah satu negara yang paling terdampak, bahkan dengan kasus tertinggi di dunia.

Jumlah kematian yang terus naik setiap harinya membuat berbagai negara bagian di AS kewalahan. Salah satu contohnya di Texas. Petugas kesehatan meminta Badan Darurat Federal AS (FEMA) untuk menyediakan truk berpendingin untuk menyimpan jenazah yang sudah tidak bisa ditampung lagi di rumah sakit.

Selain itu, Texas, yang gubernurnya adalah orang pertama yang mendukung dibukanya kembali kegiatan perekonomian, memperpanjang deklarasi bencana. Banyak negara bagian yang juga urung membuka kembali kegiatan.

Melansir CNN, Senin, 13 Juli, terdapat dua faktor mengapa angka COVID-19 semakin naik. Salah satunya adalah mitos paling berbahaya yaitu harus memilih satu antara mengalahkan pandemi atau memulihkan ekonomi.

Faktor lainnya adalah Presiden AS Trump melakukan segala cara untuk membangkitkan rasa normal demi kembali memenangi kursi Presiden AS. Trump mendorong pembukaan kegiatan dengan keyakinan bahwa itu akan menyalakan ekonomi.

Banyak gubernur di berbagai negara bagian dengan cepat menurutinya. Pembukaan kembali menciptakan aktivitas ekonomi, namun diikuti dengan ledakan angka dan kematian COVID-19, yang menuntutnya kembali melakukan penutupan.

Padahal sudah ada studi tentang pandemi flu 1918 dari Massachusetts Institute of Technology yang menemukan bahwa kota-kota di AS yang mengambil tindakan tercepat dan paling agresif untuk mengurangi penyebaran, justru mengalami pertumbuhan ekonomi terkuat. Tanpa langkah-langkah yang diperlukan seperti jarak fisik, memakai masker, dan lainnya, virus menyebar seperti api pada sikat kering.

Hal tersebut justru akan membakar ekonomi jika tidak bertindak. Menjadi sangat jelas ketika terdapat kasus-kasus melonjak, sesuai prediksi parah ahli epidemiologi yang memperingatkan bahwa adalah kesalahan mematikan membuka kembali kegiatan.

Kepercayaan diri Trump

Namun, dalam keadaan genting seperti ini Trump masih merasa semua baik-baik saja. Ia kerap berkata, "Saya pikir kita berada di tempat yang baik," ketika seorang ahli memeringatkan bahwa AS berada di jalan menuju 'keadaan paling tidak stabil dalam sejarah' akibat rumah sakit kewalahan, petugas medis yang kelelahan dan sakit, serta pandemi yang di luar kendali dengan angka kematian yang terus melonjak.

Trump dengan tenang mengklaim bahwa 99 persen kasus COVID-19 "sama sekali tidak berbahaya." Trump juga melawan rekomendasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS terkait sekolah.

Epidemiolog dari CDC mengatakan bahwa sekolah dan universitas menimbulkan "risiko tertinggi," untuk penyebaran COVID-19. Wakil Presiden AS Mike Pence, mencoba menekan CDC untuk menulis ulang pedoman tersebut, karena dianggap terlalu keras. Namun Direktur CDC Robert Redfield menolak untuk melakukannya.

Trump tampaknya percaya bahwa dia entah bagaimana dapat membujuk AS untuk mengabaikan virus tersebut dan berpura-pura bahagia. Tetapi masyarakat AS punya penilaiannya sendiri, sebabnya survei Ipsos menunjukkan bahwa 67 persen orang AS tidak setuju dengan penanganan pandemi oleh Trump.

Padahal sebelumnya angka tersebut berada di 57 persen yang mana sudah tertinggi. Angka 57 persen ini adalah jajak pendapat ketika situasi di AS tidak separah seperti sekarang ini.