Indef Minta Pemerintah Tak Andalkan Konsumsi untuk Jaga Pertumbuhan Ekonomi

JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menyebut selama ini pemerintah selalu mengandalkan tingginya konsumsi di sektor swasta dan rumah tangga dalam menggerakkan roda perekonomian. 

Karena itu, Indef meminta pemerintah untuk tidak mengandalkan sektor konsumsi dalam jangka panjang untuk menjaga pertumbuhan ekonomi nasional.

Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto mengatakan agar dapat menjaga pertumbuhan ekonomi yang sehat, pemerintah harus fokus kepada tiga hal. Pertama, investasi. Kedua ekspor. Ketiga, konsumsi dalam negeri. Dengan tiga hal tersebut, menurut Eko pemulihan ekonomi yang terpukul pandemi COVID-19 bisa diakselerasi.

"Kalau jangka panjang pertumbuhan berkualitas yang bisa mengakselerasi ya harus bertumpu pada investasi dan ekspor. Untuk jangka pendek memang karakteristik ekonomi Indonesia sisi konsumsi yang cukup tinggi, yang dimaskud adalah sektor swasta atau rumah tangga," ujarnya dalam diskusi virtual, Jumat, 10 September.

Selama pandemi COVID-19, kondisi perekonomian global maupun nasional sangat terpukul. Bahkan, kata Eko, sektor konsumsi dalam negeri yang biasanya menjadi penyelamat ekonomi saat krisis pun, kini tak dapat diandalkan lagi.

Eko menjelaskan, berkaca pada laporan Bank Indonesia (BI), tingkat konsumsi dalam negeri berada pada level 77,3 persen di bulan Agustus 2021. Angka tersebut masuk dalam katagori level pesimistis lantaran berada di bawah 100 persen.

"Bulan sebelumnya di Juli sudah turun angkanya 80 persen, jadi sudah dua bulan berturut-turut angkanya turun dari posisi sebelumnya di atas 100 persen. Jadi tadinya sudah optimistis sekarang pesimistis lagi," tuturnya.

Eko mengatakan penanganan pandemi COVID-19 merupakan kunci untuk menggeliatkan kembali konsumsi dalam negeri. Kata dia, hal itu tercermin dari negara-negara maju yang mana tingkat konsumsinya telah berada di atas 100 persen ketika wabah dapat ditangani dengan baik.

"Indeks keyakinan konsumen untuk negara maju katakanlah Amerika Serikat (AS), Eropa, Jepang atau China yang mungkin sebentar lagi menjadi negara maju atau katakanlah negara yang penduduknya besar menunjukkan sudah menguat atau mulai pulih konsumsinya," ujarnya.