JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2024 seharusnya dapat tumbuh lebih tinggi dari 5,11 persen lantaran banyak momentum yang dapat mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Peneliti ekonomi makro dan keuangan Indef Riza Annisa Pujarama menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia harusnya dapat lebih optimal lantaran banyak faktor yang bisa mendorong seperti momentum Ramadan, pemilu dan penyaluran bansos.
Namun, Riza melihat pertumbuhan konsumsi pemerintah yang cukup tinggi yakni sebesar 19,90 persen hanya berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 6,25 persen. Sedangkan konsumsi Lembaga Non Profit yang Melayani Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh 24,29 persen hanya memberikan kontribusi sebesar 1,43 persen terhadap pertumbuhan ekonomi.
Sementara, pertumbuhan konsumsi rumah tangga hanya yang mencapai 4,91 persen dan memberikan kontribusi cukup tinggi yakni sebesar 54,93 persen. Oleh sebab itu, Riza menilai daya beli masyarakat menurun pada kuartal I 2024.
“Tapi share nya dalam membentuk PDB (produk domestik bruto) menurut pengeluaran, dari konsumsi pemerintah dan dan konsumsi LNPRT rendah, sehingga pertumbuhannya masih terbatas. Kalau daya beli masyarakat masih baik-baik saja, itu harusnya bisa mendongkrak lebih dari 5,11 persen harusnya,” ucapnya dalam diskusi virtual yang digelar Indef, Selasa, 7 Mei.
BACA JUGA:
Menurut Riza pada periode Ramadan kemarin, terdapat penurunan pada daya beli pada pakaian, alas kaki dan jasa perawatan padahal harusnya sektor tersebut meningkat pada momentum tersebut.
Riza melihat adanya penurunan daya beli konsumsi masyarakat tercermin dari penerimaan negara dari pajak pertambahan nilai (PPN) dalam negeri secara neto jenis pajak mengalami kontraksi sebesar 23,8 persen pada kuartal I 2024.
Selain itu, Riza menambahkan masyarakat kelas menengah yang tidak dapat bantalan sosial dari pemerintah turut menahan konsumsinya. “Mereka yang nggak dapat bansos, jadi mereka otomatis akan menahan konsumsinya,” ungkapnya.