Maksimalkan Dosis Vaksin COVID-19, Thailand Kembangkan Robot AutoVacc
JAKARTA - Belum meratanya pasokan vaksin, di tengah gelombang baru COVID-19 varian Delta, membuat banyak negara berusaha untuk memaksimalkan dosis vaksin COVID-19 milik mereka, agar semakin banyak orang yang bisa menerima vaksin.
Misalnya seperti Thailand, yang tengah berjuang dengan wabah virus corona terburuknya. Para peneliti di negara itu telah mengembangkan mesin untuk mengeluarkan dosis vaksin COVID-19 secara lebih efisien dan mengoptimalkan pasokan yang lebih rendah dari perkiraan.
Menggunakan lengan robot, sistem 'AutoVacc' dapat mengambil 12 dosis vaksin AstraZeneca (AZN.L) dalam empat menit dari botol, menurut para peneliti di Universitas Chulalongkorn, Thailand yang membuat mesin yang telah digunakan di pusat vaksinasi universitas tersebut sejak Senin pekan ini.
Itu naik 20 persen dari 10 dosis standar yang diambil secara manual, kata mereka. Mesin hanya bekerja pada botol multi-dosis AstraZeneca saat ini, dengan label menunjukkan setiap botol dapat menyediakan 10 hingga 11 dosis.
"Mesin menjamin dengan akurasi kita dapat memperoleh tambahan 20 persen dari setiap botol vaksin, menjadi 10-12 dosis vaksin," kata Juthamas Ratanavaraporn, peneliti utama tim di Pusat Penelitian Teknik Biomedis universitas tersebut, mengutip Reuters Rabu 25 Agustus.
"Kita dapatkan artinya, jika kita memiliki AstraZeneca untuk 1 juta orang, mesin ini bisa menambah jumlah dosis menjadi 1,2 juta orang," sambung Juthamas.
Sementara beberapa petugas kesehatan yang menggunakan jarum suntik ruang mati rendah (LDSS) yang bertujuan untuk mengurangi pemborosan dapat mengambil hingga 12 dosis per botol, itu membutuhkan tenaga dan keterampilan tingkat tinggi, katanya.
"Itu bisa menguras banyak tenaga tenaga kesehatan. Mereka harus melakukannya setiap hari selama berbulan-bulan," kata Juthamas.
Thailand telah mengendalikan sebagian besar COVID-19 untuk sebagian besar pandemi, tetapi varian yang lebih ganas seperti Delta telah memmbuat terjadinya lonjakan kasus infeksi dan kematian sejak April, meningkatkan tekanan pada pihak berwenang untuk meningkatkan kecepatan vaksinasi.
Sejauh ini, sekitar 9 persen dari populasi Thailand lebih dari 66 juta telah divaksinasi lengkap, dengan peluncuran terhambat oleh pasokan vaksin COVID-19 yang lebih rendah dari yang diantisipasi.
Terpisah, Tim peneliti mengatakan mereka harus dapat memproduksi 20 unit AutoVacc lebih banyak dalam tiga atau empat bulan. Tetapi, dana dan dukungan pemerintah akan dibutuhkan untuk memperluas di seluruh negeri.
"Mesin prototipe robot ini berharga 2,5 juta baht 76.243 ribu dolar AS, termasuk bahan lain seperti jarum suntik, ungkap Juthamas, menambahkan sementara mereka terbuka untuk peluang ekspor untuk masa depan.
Setelah untuk vaksin AsztraZeneca, mereka juga berencana membuat mesin serupa untuk digunakan dengan vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna, tambahnya.
Baca juga:
- UNESCO Hapus Taman Nasional Salonga dari Daftar 'Bahaya' Warisan Dunia
- Peneliti Inggris Terkejut saat Ungkap Ritual Pra-perkawinan Hiu Basking
- Batal Beli Misil Anti-kapal Buatan AS untuk Jet Tempur F-15, Jepang Bikin Rudal Sendiri
- Karyawannya Gunakan Roti Hamburger dan Tortilla Kedaluwarsa, McDonald's Korea Minta Maaf
Juthamas mengatakan, mesin itu bertujuan untuk menghilangkan beban tenaga kesehatan. Thailand telah melaporkan sekitar 1,1 juta infeksi COVID-19 dan total 10.085 kematian, mendorong sebagian sistem kesehatan ke jurang.
"Kalau tenaga kesehatan terlalu lelah, kemungkinan human error juga ada, jadi sebaiknya mesin saja yang mengerjakan ini," ujar pungkasnya.