Operator PLTN Fukushima Bangun Terowongan Bawah Laut untuk Buang Air Radioaktif ke Samudra Pasifik

JAKARTA - Operator Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima, Jepang mengumumkan rencana pembangunan terowongan bawah laut untuk melepaskan lebih dari satu juta ton air radioaktif yang diolah ke laut.

Pembuatan terowongan sepanjang 1 kilometer ini seiring dengan rencana Pemerintah Jepang untuk melepas air radioaktif ke laut, secara bertahap dalam waktu dua tahun yang diumumkan April lalu.

Otoritas Jepang mengatakan pelepasan itu aman, karena air akan diproses untuk menghilangkan hampir semua unsur radioaktif dan akan diencerkan, kendati menuai protes dari negara tetangga, oposisi dan komunitas nelayan lokal.

Tokyo Electric Power Co (TEPCO) mengatakan akan mulai membangun terowongan pada Maret 2022, setelah melakukan studi kelayakan dan mendapatkan persetujuan dari pihak berwenang.

Terowongan ini akan memiliki diameter sekitar 2,5 m dan akan membentang ke timur menuju Samudra Pasifik dari tangki di pabrik yang berisi sekitar 1,27 juta ton air yang diolah.

Itu termasuk air yang digunakan untuk mendinginkan reaktor di Fukushima yang lumpuh setelah mengalami kehancuran setelah tsunami besar 2011, serta hujan dan air tanah yang merembes setiap hari.

Sistem pemompaan dan penyaringan yang ekstensif mengekstraksi berton-ton air yang baru terkontaminasi setiap hari dan menyaring sebagian besar elemen radioaktif. Tetapi, komunitas nelayan mengkhawatirkan pelepasan air akan merusak kerja bertahun-tahun untuk memulihkan kepercayaan pada makanan laut mereka.

Kepala petugas dekomisioning pabrik Akira Ono mengatakan pada Hari Rabu waktu setempat, melepaskan air melalui terowongan akan membantu mencegahnya mengalir kembali ke pantai.

"Kami akan menjelaskan secara menyeluruh kebijakan keselamatan kami dan tindakan yang kami ambil terhadap kerusakan reputasi, sehingga kami dapat menghilangkan kekhawatiran yang dipegang oleh orang-orang yang terlibat dalam perikanan" dan industri lainnya, kata Ono kepada wartawan, mengutip Kyodo News 25 Agustus.

Dalam sebuah pernyataan, TEPCO mengatakan siap membayar kompensasi atas kerusakan reputasi terkait rilis tersebut. TEPCO juga mengatakan akan menerima inspeksi oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) tentang keamanan pelepasan air radioaktf. IAEA sendiri telah mendukung keputusan Jepang.

Sebelumnya, Perdana Menteri Yoshihide Suga menyebut pembuangan air sebagai tugas yang tak terhindarkan, dalam proses selama puluhan tahun untuk menonaktifkan pembangkit nuklir.

Untuk diketahui, perdebatan tentang cara menangani air radioaktif telah berlangsung selama bertahun-tahun, karena ruang untuk menyimpannya di lokasi telah habis. Proses penyaringan menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif dari air, tetapi beberapa tetap ada, termasuk tritium.

Para ahli mengatakan unsur itu hanya berbahaya bagi manusia dalam dosis besar. Sementara, pengenceran air yang diolah tidak menimbulkan risiko yang dapat dideteksi secara ilmiah.