Tatkala Pluto Tak Lagi Dianggap Planet dalam Sejarah Hari Ini, 24 Agustus 2006

JAKARTA - Pada 24 Agustus 2006, International Astronomical Union (IAU) menurunkan status Pluto menjadi 'planet kerdil.' Dengan diturunkannya status Pluto, hanya ada delapan planet di tata surya, bukan sembilan yang biasanya kita pelajari.

Mengutip Library of Congress, terdapat tiga kriteria bagi objek yang disebut planet sepenuhnya. Pertama, objek tersebut berada di orbit mengelilingi matahari. Kedua, memiliki massa yang cukup untuk kesetimbangan hidrostatik atau mampu mempertahankan bentuk bulat. Ketiga, memiliki jalur orbit yang jelas.

Pluto hanya memenuhi dua dari kriteria tersebut dan tidak memiliki kriteria yang ketiga. Selama miliaran tahun, Pluto tidak berhasil memiliki lingkungannya yang jelas. Jadi setiap benda besar di luar angkasa yang tidak memenuhi kriteria ini sekarang digolongkan sebagai planet kerdil, termasuk Pluto.

Astronom dari Amerika Serikat Clyde Tombaugh menemukan Pluto pada 18 Februari 1930. Ia menemukannya setelah membandingkan foto-foto yang diambil dari bagian langit yang sama selama beberapa malam di Januari. Tombaugh mengidentifikasi sebuah objek bergerak dengan latar belakang bintang-bintang yang tidak bergerak.

Pencarian planet berawal dari orang kaya asal Boston, Percival Lowell, mendirikan Observatorium Lowell di Flagstaff, di Arizona. Ia memulai sebuah proyek ekstensif untuk mencari planet kesembilan, yang ia sebut "Planet X." Pada 1909, Lowell dan seorang astronom bernama William Pickering, menyatakan beberapa kemungkinan koordinat langit untuk planet semacam itu.

Penemu Pluto (Sumber: Wikimedia Commons)

Lowell dan observatoriumnya melakukan pencarian sampai ia meninggal pada 1916, tetapi tidak berhasil. Tanpa sepengetahuan Lowell, pada 19 Maret 1915, observatoriumnya telah menangkap dua foto Planet X -yang nantinya diberi nama Pluto- yang terlihat samar. Lowell bukanlah orang pertama yang tanpa sadar memotret Pluto. Ada enam belas pra-penemuan yang diketahui dan yang tertua ditemukan oleh Observatorium Yerkes pada 20 Agustus 1909.

Pencarian Planet X tidak dilanjutkan sampai 1929. Proyek tersebut lalu diserahkan kepada Clyde Tombaugh, seorang astronom berusia 23 tahun yang baru saja tiba di Observatorium Lowell. Tugas Tombaugh adalah mencitrakan langit malam secara sistematis dalam pasangan foto yang diambil dalam jarak dua minggu, kemudian memeriksa setiap pasangan dan menentukan apakah ada objek yang bergeser posisinya.

Dengan menggunakan mesin, Tombough dengan cepat menggeser bolak-balik di antara tampilan masing-masing pelat untuk menciptakan ilusi pergerakan objek apa pun yang berubah posisinya atau tampilannya. Pada 18 Februari 1930, setelah hampir satu tahun mencari, Tombaugh menemukan kemungkinan objek bergerak pada pelat fotografi yang diambil pada 23 Januari dan 29 Januari 1930. Setelah observatorium memperoleh foto-foto konfirmasi lebih lanjut, berita penemuan itu dikirim melalui telegram ke Observatorium Harvard College pada 13 Maret 1930.

Mengguncang dunia

Penemuan ini menjadi berita utama di seluruh dunia. Observatorium Lowell memiliki hak untuk menamai Planet X itu, menerima lebih dari 1.000 saran dari seluruh dunia. Nama Pluto diusulkan oleh Venetia Burney, seorang siswi berusia sebelas tahun di Oxford, Inggris. Venetia tertarik pada mitologi klasik serta astronomi, dan menganggap nama dewa cocok untuk dunia yang gelap dan dingin seperti itu.

Burney lalu menyampaikan hal tersebut kepada Falconer Madan, mantan pustakawan di Perpustakaan Bodleian Universitas Oxford. Madan memberikan nama itu kepada Profesor Herbert Hall Turner, yang kemudian mengirimkannya ke rekan-rekannya di Amerika Serikat. Objek tersebut resmi bernama Pluto pada 24 Maret 1930. Nama itu diumumkan pada 1 Mei 1930 dan Venetia Burney menerima uang sebesar lima poundsterling sebagai hadiah.

Ilustrasi (Unsplash/Britt Gaiser)

Di sisi lain, para astronom mengalami kesulitan menerima Pluto sebagai planet penuh sejak penemuannya. Ukuran Pluto selalu menjadi masalah, yang mana ukurannya lebih kecil dari bulan. Orbitnya mengelilingi matahari tidak sesuai dengan jalur yang diikuti oleh delapan planet lainnya. Para astronom juga mulai menemukan benda-benda berukuran serupa di sekitar Pluto.

Pada 14 Juli 2015, pesawat ruang angkasa New Horizons NASA melakukan penerbangan bersejarahnya melalui sistem Pluto. Misi tersebut memberikan gambar penuh pertama Pluto dan bulan-bulannya. para awak pesawat mengumpulkan data lain yang telah mengubah pemahaman kita tentang planet kerdil yang misterius ini.

Robot dari New Horizon terbang melewati Pluto dan mengambil banyak foto untuk memberi pandangan yang baik tentang warna planet kerdil itu. Ternyata Pluto sebagian besar bernuansa coklat kemerahan. Kemerahan mungkin disebabkan oleh molekul hidrokarbon. Warna tersebut terbentuk ketika sinar kosmik dan sinar matahari berinteraksi dengan metana di atmosfer Pluto.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH HARI INI atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya