Harapan Besar Bos Garuda Indonesia: Pendapatan Bakal Melonjak saat Penerbangan Umrah Dibuka
JAKARTA - Maskapai nasional PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk saat ini tengah menunggu kepastian terkait pembukaan penerbangan umrah langsung dari Indonesia ke Arab Saudi. Sebab, penerbangan ini dinilai bakal mendongkrak pendapatan mengingat antrean untuk ibadah umrah sudah sangat tinggi.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan pihaknya saat ini mengalami kesulitan untuk memproyeksikan bisnis hingga akhir tahun. Sebab, masih ada sejumlah hal yang belum mendapatkan kepastian, salah satunya penerbangan umrah.
"Kalau kami memproyeksikan berbasis kondisi hari ini, tentu saja terlalu konservatif. Ada beberapa hal yang kami harapkan setelah haji ini lewat (dibatalkan) dan kami mengalami problem terbesar. Tapi yang menjadi pertanyaan terbesar kami adalah apakah betul umrah akan buka bulan Oktober ini langsung dari Indonesia?," tuturnya dalam konferensi pers secara virtual, Kamis, 19 Agustus.
Penerbangan umrah, kata Irfan, akan memberikan dampak positif terhadap kinerja keuangan Perseroan di tengah pandemi COVID-19. Terlebih sejak pandemi jumlah penumpang Garuda mengalami penurunan.
"Begitu (penerbangan) umrah buka, swing daripada pendapatan kami akan cukup jauh, karena antrean untuk umrah ini sudah sangat tinggi," ucapnya.
Baca juga:
- Garuda Indonesia Blak-blakan Tak Mampu Bayar Utang ke Pertamina dan Angkasa Pura, Nilainya Puluhan Triliun!
- Garuda Indonesia di Ambang Kebangkrutan, Pengamat Penerbangan: Pemerintah Lambat untuk Selamatkan
- Hancur-hancuran Garuda Indonesia di Kuartal I 2021, Pendapatan Turun 54 Persen dan Rugi Rp5 Triliun
- 1.691 Karyawan Garuda Ikut Program Pensiun Dini
Sekadar informasi, Garuda Indonesia mencatatkan penurunan penumpang di semester I 2021 sebesar 78,81 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan tersebut merupakan dampak dari penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).
"Jumlah penumpang kita sekitar 870.000 dibandingkan 2020, di mana sebelum ada pandemi menurun 74,81 persen karena tahun sebelumnya jumlah penumpang sebanyak 3.326.644," ujarnya.
Tak hanya itu, kata Irfan, penerapan PPKM di Tanah Air turut memberikan dampak terhadap perseroan, di mana jumlah penumpang rata-rata sebelum PPKM di kisaran 12.000 penumpang per hari, lalu selama PPKM turun menjadi 2.000 penumpang per hari.
"Itu jauh menurun sebelum PPKM, tapi 2.000 itu cukup hebat dibanding pada 1 Syawal 2021 di mana jumlah penumpang hanya 700," katanya.