Risma Klaim Tren Kasus COVID-19 di Surabaya Turun Meski Angka Tinggi

JAKARTA - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengklaim, tren kasus positif COVID-19 di Surabaya menurun dan menunjukkan pelambatan atas kenaikan kasus. Meski begitu, angka kasus di Surabaya masih tinggi. 

Surabaya masih menjadi kota penyumbang penambahan kasus baru terbanyak di Provinsi Jawa Timur. Per hari Senin, 22 Juni, akumulasi kasus terkonfirmasi positif sebanyak 4.771 kasus. 

Dalam beberapa hari terakhir, kenaikan angka kasus baru rata-rata mencapai 100 orang. Bila melihat angka kasus harian mulai 17 Juni hingga 22 Juni, akumulasi kasus berturut-turut sebanyak 4.262, 4.383, 4.467, 4.575, 4.628, dan 4.771 kasus. 

Sementara tren kasus sebelumnya, kenaikan angka kasus baru bisa mencapai lebih dari 100 orang per hari. Data akumulasi kasus harian mulai yakni pada tanggal 6 hingga 10 Juni, akumulasi kasus berturut-turut sebanyak 2.918, 3.124, 3.360, 3.439, dan 3.627 kasus.

"Kalau melihat trennya, sebetulnya itu menurun. Kita kemarin sempat (mengalami kasus baru per hari, red) 300 dan 200," kata Risma dalam diskusi virtual bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19, Selasa, 23 Juni. 

Faktor yang menyebabkan penurunan tren kasus di Surabaya, kata Risma, adalah upaya pemeriksaan rapid test massal. Lalu, Gugus Tugas di Surabaya menindaklanjuti pemeriksaan swab bagi masyarakat yang menunjukkan reaktif COVID-19 berdasarkan hasil rapid test

Kemudian, saat ini Risma memperluas jangkauan pemeriksaan rapid tes. Jika sebelumnya Surabaya hanya melakukan rapid tes di suatu kampung yang memiliki penyebaran virus corona, maka kini rapid tes massal juga dilakukan di berbagai komunitas. 

"Sekarang ini kami melakukannya per komunitas. Misalnya ini ada komunitas guru, kami rapid semua. Misalnya di kawasan rumah sakit, jika ada pedagang, atau karyawan restoran ada yang positif, maka satu jalan kita melakukan rapid test di sekitaran rumah sakit itu," jelas Risma.

Selain itu, Surabaya juga melakukan rapid test massal di sektor usaha yang memiliki risiko penularan COVID-19 dengan cepat. Misalnya, pemeriksaan rapid tes kepada pedagang pasar, hotel, maupun sales. 

"Memang tidak semua warga Surabaya yang dites, tapi tetap harus kita lakukan, supaya kita tahu itu. Sehingga, begitu ada yang positif 1 orang, maka lingkungannya kita kunci untuk kita lakukan rapid test. Itu berjalan terus," ucap dia.