Ingat THR, Kenang Soekiman
JAKARTA - Pada 19 Juni 1898, seorang tokoh Indonesia lahir di Surakarta. Dia adalah Soekiman Wirjosandjojo, yang merupakan ketua dewan Partai Masyumi pada 1945 hingga 1951. Awalnya, Soekirman terjun di dunia politik sebagai seorang nasionalis-sekuler.
Melansir dari buku Islam and Politics in Indonesia: The Masyumy Party Between Democracy and Integralicism, kakak laki-laki Soekiman yang bernama Satiman Wirjosandjojo adalah salah satu pendiri Tri Koro Dharmo yang lalu berubah menjadi Jong Java. Orientasi politik Soekiman berubah menjadi nasionalis Islami sepulangnya ia belajar dari Belanda.
Sebelumnya, Soekiman bersekolah di sekolah kedokteran STOVIA di Jakarta. Setelah lulus, ia melanjutkan sekolah kesehatannya ke Belanda mempelajari penyakit internis, khususnya paru-paru. Di Belanda, Soekiman juga aktif di Perhimpunan Indonesia dan menjadi presiden organisasi tersebut atas dukungan Mohammad Hatta. Setelah itu, Soekirman kembali ke Indonesia dan bergabung dengan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII).
Namun Soekiman keluar dari PSII dan pada 1933, lalu Soekiman dan Surjopranoto mendirikan Partai Islam Indonesia. Penyebab keluarnya Soekiman dari PSII diketahui karena adanya perselisihan paham antara pihak Soekiman dengan pihak Cokroaminoto mengenai Sarekat Sekerja Pegadaian.
Soekiman kemudian juga tercatat sebagai salah satu anggota Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). Soekiman juga menjadi seseorang yang membuat lahirnya Partai Masyumi setelah Proklamasi 1945 dan menjadi ketua dewan. Soekiman tercatat sebagai pemimpin yang tidak erat bekerja sama dengan Jepang, walaupun nama Masyumi berbau Jepang.
Pada 27 April 1951, Soekiman dipercayai menjadi perdana menteri. Tak hanya perdana menteri, Soekiman saat itu juga memegang jabatan sebagai Menteri Pertahanan. Soekiman menjadi perdana menteri hingga 1952.
Baca juga:
Lahirnya THR
Melansir Historia, tunjangan hari raya (THR) muncul pada era kabinet Soekiman. Uang tunjangan tersebut diberikan pada pegawai setiap akhir bulan puasa. Kabinet Soekiman dilantik oleh Presiden Soekarno pada April 1951. Salah satu program kerja kabinet Soekiman adalah meningkatkan kesejahteraan pamong pradja atau sekaran ASN. Kabinet Soekiman saat itu memberikan tunjangan kepada pegawai di akhir Ramadan itu sebesar Rp125 hingga Rp200.
Saat itu, pemberian THR bertujuan sebagai usaha mengambil hati para aparatur negara agar mendukung kabinet yang sedang THR tersebut juga diharapkan agar para aparatur negara merasa bahwa pemerintah sudah memberikan pelayanan terbaik daripada kabinet sebelumnya, yaitu Kabinet Moh. Natsir.
Hingga kini, THR jadi anggaran rutin di pemerintahan bahkan perusahaan swasta juga memiliki kebijakan demikian. Hal tersebut dikarenakan jika ada perusahaan yang mangkir membayar THR karyawan, bisa kena tegur pemerintah.