Sri Mulyani: Pemulihan Ekonomi Dimulai pada Kuartal III 2020
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani memprediksi bahwa pemulihan ekonomi Indonesia akan terjadi di kuartal III 2020. Sementara pada kuartal II 2020 pertumbuhan ekonomi nasional diperkirakan minus 3,1 persen.
Sri Mulyani mengakui, bahwa kontraksi yang terjadi pada kuartal II 2020 cukup dalam dibandingkan realisasi 31 Mei sebesar 2,97 persen. Salah satu faktor yang menyebakan pertumbuhan ekonomi nasional ini anjlok karena adanya pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB).
Lebih lanjut, Sri mengatakan, kebijakan PSBB ini diberlakukan di daerah-daerah yang memiliki kontribusi terhadap ekonomi nasional sangat besar yakni DKI Jakarta meliputi Jabodetabek, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat.
"Meskipun pada kuartal I positif, namun kuartal kedua kami perkirakan akan terjadi kontraksi karena PSBB. Kami perkirakan negatif, minus 3,1 persen," katanya, dalam konferensi pers virtual bertajuk 'APBN Kita', Selasa, 16 Juni.
Namun, Sri Mulyani memprediksi pada kuartal III dan kuartal IV ekonomi nasional akan ada perbaikan. Bahkan ia optimistis pertumbuhan ekonomi sampai akhir tahun ini masih bisa positif di kisaran 2,7 persen.
"Dengan dinamika di kuartal II, ada perbaikan di kuartal III, maka dari sisi APBN 2020 pertumbuhan ekonomi masih di 2,7 persen," jelasnya.
Baca juga:
Ia menjelaskan, salah satu faktor yang memberikan harapan yakni sentimen positif investor global di pasar keuangan dan bursa saham dalam negeri. "Sentimen yang tadinya volatile dan negatif menjadi memiliki harapan," tuturnya.
Kemudian, beban pembayaran yield atau bunga surat utang negara juga mulai berkurang. "Dari indikator keuangan yield government bond lebih baik. Stabilitas ini yang kami upayakan dalam rangka pemulihan ekonomi," ucap Sri Mulyani.
Pada kuartal II 2020, kata dia, hampir semua negara mengalami kontraksi akibat pagebluk COVID-19. Di kawasan ASEAN, pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal II juga diprediksi terjadi di Singapura dan Malaysia, yaitu masing-masing minus 6,8 persen dan 8,0 persen.
"India yang menggunakan lockdown cukup keras mengalami kontraksi sangat dalam minus 12,4 persen," tuturnya.
Sementara, di negara maju, seperti Amerika Serikat diproyeksikan minus 9,7 persen, Inggris minus 15,4 persen, Jerman minus 11,2 persen, Prancis minus 17,2 persen, dan Jepang minus 8,3 persen.
"Dengan pertumbuhan ekonomi negatif pada kuartal II, sangat berat untuk jaga ekonomi tetap positif. Semua lembaga membuat proyeksi ekonomi negatif, hanya sedikit yang positif," jelasnya.