Black Lives Matter Picu Keresahan Isu Rasisme di Jepang
JAKARTA - Unjuk rasa atas kematian kulit hitam, George Floyd di seluruh dunia belum mereda. Di Jepang, ribuan pengunjuk rasa di Tokyo mengambil bagian dalam gerakan 'Black Lives Matter' (BLM) menyuarakan antirasisme pada hari Minggu, 14 Juni.
Melansir Reuters, para pengunjuk rasa yang turun ke jalan di Shibuya dan Harajuku tampak berbaris rapi sembari melantunkan kalimat antirasisme. Mereka juga membawa ragam pesan perlawanan terhadap rasisme, seperti “Rasisme adalah pandemi” atau “Tidak ada keadilan, tidak ada damai."
Salah seorang pengunjuk rasa, Shu Fukui, mengungkap aksi ini merupakan bagian kecil dari aksi lain yang menjalar ke seluruh dunia. Dirinya yang baru lulus dari universitas menganggap video viral yang menunjukkan kekejaman seorang polisi kulit putih menjepit leher Floyd tak bisa dimaafkan.
"Tidak cukup hanya dengan mengirimkan doa-doa. Kita perlu mengubah masyarakat, tidak hanya untuk George Floyd, tetapi juga bagi mereka yang mati di masa lalu," katanya.
Tak hanya itu. Beberapa lainnya juga mengungkap kehadiran mereka pada unjuk rasa merupakan solidaritas karena di Jepang sendiri pun masalah rasisme masih sering muncul. Terutama, rasisme kepada mereka yang berasal dari etnis China dan Korea.
Baca juga:
“Di Jepang, ada orang sayap kanan yang mendiskriminasi ras lain. Dan orang Korea dan China di Jepang terpapar dengan banyak pidato berisi ujaran kebencian. Hal-hal ini tidak boleh dibiarkan dan kita harus menentang ini,” ujar pengunjuk rasa lainnya, Naho Ida.
Sebagai bukti bahwa rasisme belum hilang dari Negeri Matahari Terbit, beberapa pekan lalu penyiar radio NHK sempat mengunduh video animasi lewat Twitter tentang protes di AS yang memicu kemarahan warga jepang.
Dalam komentarnya, penyiar tersebut mengkritik aksi BLM dan mengucilkan orang kulit hitam. Tak pelak, penyiar tersebut langsung minta maaf dan mengapus unggahannya pekan lalu.