Nomor Telepon Presiden Macron ada Dalam Daftar Bocoran Pegasus, Siapa yang Menyadap?
JAKARTA - Nomor telepon Presiden Prancis Emmanuel Macron disebut-sebut berada di antara daftar 50.000 nama dalam daftar target Pegasus, perusahaan NSA asal Israel. Ini tentu menjadi pertanyaan, siapa yang memasukkan Macron, sebagai figur dengan profil tertinggi di Prancis sebagai target, mengapa dan saja kepentingannya?
Diungkapkan oleh Le Monde dari Prancis bahwa nomor Macron dan nomor telepon beberapa anggota pemerintah Prancis muncul dalam daftar 50.000 target yang diperoleh Amnesty International dan Forbidden News untuk program Pegasus yang kontroversial dari NSO.
Namun, belum ada cara untuk mengetahui secara pasti, apakah ponsel Macron terinfeksi Pegasus atau tidak? Hanya saja dia ada dalam daftar target yang diminta oleh klien NSO. Ini sudah membuat gempar pemerintah Prancis.
"Jika cerita itu benar, itu jelas sangat serius. Semua cahaya akan dicurahkan pada pengungkapan pers ini," kata Seorang juru bicara Kepresidenan Prancis.
Baca juga:
- Tak Ada Privasi Lagi Saat Spyware Pegasus Jadi Tren di Dunia Maya
- Asteroid Tiga Kali Ukuran Taj Mahal Bakal Dekati Bumi 24 Juli, Berbahaya?
- Pendiri Wikipedia Akui Situsnya Kini Tak Lagi Bisa Dipercaya, Ada Kepentingan Pribadi
- Ini 3 Aplikasi Edit Layout Foto Terbaik, Bikin Feed Instagram Jadi Lebih Menarik
Pegasus adalah bagian dari malware yang menginfeksi smartphone, mengeksploitasi kerentanan yang ada dalam teknologi. Malware dapat diinstal dengan cara mengirim pesan teks tautan berbahaya untuk diklik.
Pegasus — setelah diinstal — hampir tidak terdeteksi, dan dapat mengakses telepon, termasuk log panggilan, pesan, email. Perangkat lunak ini dapat mengaktifkan mikrofon dan kamera untuk merekam percakapan, yang pada dasarnya menjadikan smartphone sebagai perangkat pengawasan berjalan.
Dikatakan layanan lokasi dapat diaktifkan, dan keberadaan pemilik telepon dapat dilacak untuk menunjukkan akurasi.
Pada tahun 2020, NSO digugat oleh WhatsApp milik Facebook karena diduga mengeksploitasi kerentanan di aplikasi populer untuk memata-matai pengguna, termasuk 1400 aktivis dan jurnalis, yang diberitahu bahwa mereka sedang dimata-matai. Kerentanan itu akhirnya diperbaiki oleh WhatsApp.
Kementerian Pertahanan Israel melisensikan perangkat lunak Pegasus untuk diekspor ke pemerintah asing, tetapi bukan entitas swasta.