Doni Monardo Minta Anies Hubungi 2.500 Pasien COVID-19 yang Sudah Sembuh
JAKARTA - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo menghubungi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Melalui video conference, Doni mengatakan pihaknya minta agar Anies menghubungi ribuan pasien COVID-19 yang telah sembuh untuk diambil plasma darahnya.
"Tadi malam juga vicon dengan Gubernur DKI ada sekitar 2.500 keluarga yang telah sembuh dari COVID. Diharapkan mereka bersedia untuk menyumbangkan plasmanya," kata Doni dalam konferensi pers secara daring yang ditayangkan di akun YouTube Sekretariat Kabinet, Kamis, 4 Juni.
Selain Anies, Doni juga menghubungi Gubernur Jawa Timur Khofifah Indah Parawansa untuk meminta hal yang sama. Dimana Jawa Timur ada 699 pasien COVID-19 yang sudah sembuh.
"Jadi semua warga negara masyarakat kita yang telah sembuh diharapkan bersedia untuk mendonorkan plasmanya kepada Dinas Kesehatan," ungkap Doni.
Menurut dia, donor plasma darah ini adalah satu bentuk gotong royong di tengah pagebluk COVID-19. Mengingat, plasma darah bisa membantu penyembuhan pasien positif karena hingga saat ini belum ada obat maupun vaksin yang ditemukan.
Baca juga:
Nantinya, plasma darah pasien yang sembuh dari COVID-19 akan digunakan sebagai alat terapi bagi mereka yang masih sakit.
Cara pengobatan ini, kata Doni, telah diakui oleh sejumlah lembaga internasional. "Jadi cara pengobatan yang telah dilakukan Kementerian Kesehatan menggunakan metode plasma convalescent," jelasnya.
"Kita dorong terus supaya pakar kita, ahli kedokteran kita, ahli kesehatan kita makin banyak yang punya kemampuan untuk terapi plasma ini," imbuh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) ini.
Beberapa waktu yang lalu, Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio menjelaskan, plasma darah yang bisa membantu penyembuhan pasien positif COVID-19 adalah milik orang yang telah sembuh dari virus corona.
Plasma darah ini bisa diambil dari tubuh setelah orang itu 2 hingga 4 minggu sembuh. "Plasma itu mengandung antibodi yang sangat baik untuk bisa menetralisir virus. Ini diharapkan akan bisa membantu mempercepat penyembuhan pasien-pasien yang dalam kondisi berat" kata Amin.
Sebenarnya, bukan berarti ada pasien yang tidak memiliki antibodi untuk melawan virus yang menyerang. Hanya saja, kata Amin, proses pengenalannya antibodi terhadap antigen itu bervariasi.
Dengan menggunakan plasma darah pasien sembuh, maka hal itu bisa memicu peningkatan antibodi seseorang dan membantu penyembuhan agar lebih cepat.
"Kami menggunakan zat antibodi yang sudah ada di dalam plasma pasien yang sudah sembuh itu untuk ikut memerangi virus yang ada di dalam pasien-pasien yang sedang sakit. Mengingat, menunggu (penemuan) vaksin kan agak lama," tutur Amin.