Pemerintah: Jika Masyarakat Patuh, COVID-19 Berakhir Pada Bulan Juli
Ilustrasi (Pixabay)

Bagikan:

JAKARTA - Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Doni Monardo meminta masyarakat patuh terhadap protokol kesehatan di masa pandemi virus corona atau COVID-19, seperti menjaga jarak, menggunakan masker ketika berpergian, dan mencuci tangan. Ketika masyarakat patuh, Doni mengatakan, penyebaran virus ini akan segera berakhir dan masyarakat bisa hidup normal kembali.

"Presiden minta kita keras, mengajak masyarakat patuh dan disiplin, meminta aparat lebih tegas agar pada bulan Juni yang akan datang kita mampu menurunkan kasus COVID-19 dan di bulan Juli sudah bisa hidup normal kembali," kata Doni dalam konferensi pers secara daring yang disiarkan di akun YouTube milik Sekretariat Kabinet, Senin, 27 April.

Selain itu, Doni juga mengatakan, Presiden Joko Widodo telah meminta agar tes masif, pelacakan yang agresif, dan isolasi ketat bagi mereka yang diduga terjangkit ataupun sudah positif COVID-19 bisa dilaksanakan sepanjang bulan April hingga Mei mendatang.

Dia juga mengingatkan, masyarakat punya kesadaran kolektif sekaligus keberanian untuk menegur satu sama lain dalam upaya melaksanakan jaga jarak. "Apabila ada yang mendekat, kita harus menghindari orang-orang tersebut termasuk keberanian mengingatkan satu sama lain agar tidak ada kerumunan di tempat tertentu," ujarnya.

Meski menyebut pandemi ini akan berakhir, namun Doni menerangkan, ada kenaikan kasus positif COVID-19 di daerah. Namun, dia tak menyebut daerah yang dimaksud. Sehingga, dia meminta pendataan terhadap para pendatang dari kota lain harus dilaksanakan dengan baik. Pendataan ini, kata Doni, ditujukan agar pemerintah daerah bisa memantau orang-orang yang berpotensi menyebarkan virus tersebut di kawasannya.

Tak hanya melakukan pendataan, pemerintah daerah harus memastikan pendatang ini melaksanakan isolasi mandiri selama 14 hari. "Wajib isolasi mandiri 14 hari, mengikuti protokol kesehatan bagi siapa saja yang baru tiba di suatu daerah. Hendaknya ini menjadi program prioritas di desa dan RT/RW," ujarnya.

Di sisi lain, Doni mengatakan, COVID-19 adalah siklus alam yang terjadi setiap 100 tahun sekali. Virus ini sama dengan Flu Spanyol dan wabah kolera yang pernah terjadi ratusan tahun lalu.

"Alam dalam proses melakukan sebuah kegiatan yang kalau dilihat dari siklusnya 100 tahun. Oleh karena itu bencana covid ini secara nasional sudah ditetapkan sebagai bencana non-alam," tegasnya.

Sehingga, masyarakat diharapkan menjalanan protokol kesehatan yang sudah diputuskan oleh pemerintah dan tidak menganggap virus ini adalah sesuatu yang sepele.

Sebelumnya, jumlah kasus positif COVID-19 saat ini mencapai angka 8.882 orang atau mengalami penambahan kasus sebanyak 275 kasus. Sementara pasien sembuh mencapai 1.107 orang dan yang meninggal dunia jumlahnya 743 orang.

Pemerintah juga baru-baru ini mengumumkan, COVID-19 lebih rentan menjangkiti laki-laki. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan (Ditjen P2P Kemenkes) per 23 April mencatat, pasien COVID-19 berjenis kelamin laki-laki jumlahnya mencapai 3.966 orang. Sedangkan jumlah pasien positif perempuan mencapai 2.489 orang.

Sementara untuk kelompok umur, Kemenkes mencatat, mereka yang terjangkit virus ini rata-rata berusia 18-65 tahun. Sedangkan jika dilihat dari jumlah pasien yang meninggal, baik perempuan maupun pria dengan rentan umur 18-65 tahun masih terbilang tinggi. Pasien laki-laki yang meninggal pada kelompok ini berjumlah 285 orang, sedangkan perempuan 122 orang.