Snapchat Ikuti Langkah Twitter Blokir Konten Terkait Donald Trump
JAKARTA - Mengikuti langkah Twitter, Snapchat tidak lagi mempromosikan akun Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada platformnya. Keputusan ini diambil, seiring komentar kontroversial Trump mengenai aksi protes terkait meninggalnya warga kulit hitam di negaranya.
Seperti dikutip dari BBC Internasional, di platform Snapchat, Trump sering mendapar sorotan dalam fitur tab Discover, yang juga menyoroti konten dari selebriti dan kantor berita.
"Kami saat ini tidak mempromosikan konten Presiden pada platform Snapchat Discover. Kami tidak akan memperkuat suara-suara yang menghasut kekerasan rasial dan ketidakadilan dengan memberi mereka promosi gratis pada Discover," kata juru bicara Snap Inc, Rachel Racusen, Kamis, 4 Juni.
Baca juga:
Meski begitu, akun Trump masih tetap berada di platform berlogo kuning tersebut. Sedangkan, manajer kampanye Trump, Brad Parscale mengecam langkah Snapchat dan menuduhnya berusaha untuk mencurangi pemilihan 2020 dan menekan Trump dari eksistensinya.
Racusen mengatakan keputusan itu dibuat akhir pekan lalu, setelah tweet Trump membuat ancaman bahwa para pengunjuk rasa yang merusak pagar Gedung Putih akan "Disambut dengan anjing-anjing paling ganas dan senjata-senjata tak menyenangkan, yang pernah saya lihat."
"Kita tidak bisa mempromosikan akun di Amerika yang terkait dengan orang yang memicu kekerasan rasial, apakah mereka melakukannya di atau di luar platform kita. Kami telah berulang kali berbicara tentang bekerja keras untuk membuat dampak positif, dan kami akan melanjutkan pembicaraan dengan konten yang kami promosikan di Snapchat," ujar CEO Snapchat, Evan Spiegel.
Spiegel juga menambahkan bahwa Snapchat hingga kini masih berdiri dengan semua orang yang membela perdamaian, cinta, dan keadilan dan mereka pun akan menggunakan platformnya untuk mempromosikan yang baik daripada yang buruk. Keputusan tersebut menandai peningkatan ketegangan antara administrasi Trump dan beberapa perusahaan media sosial lainnya.
Diwartakan sebelumnya, Trump geram setelah Twitter untuk pertama kalinya melabeli fitur cek fakta di beberapa kicauannya. Twitter juga mengglorifikasi kicauan Trump terkait aksi unjuk rasa yang berlangsung sebagai tindakan provokasi.
Di sisi lain, media sosial Facebook justru memilih untuk tidak melakukan kurasi pada unggahan Trump di platformnya. Hal ini juga memicu protes dari karyawan Facebook kepada Mark Zuckerberg atas pembiarannya itu.
Trump sendiri telah dikabarkan menandatangai sejumlah perintah eksklusif terkait perusahaan media sosial. Menurutnya apa yang dialaminya itu dengan pemberian label 'cek fakta' merupakan upaya untuk mempertahankan kebebasan berbicara di media sosial.