WHO Peringatkan Ancaman Varian Baru COVID-19, Vaksinasi Memperkecil Peluang Virus Bermutasi
JAKARTA - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan lonjakan kasus infeksi COVID-19 di berbagai belahan dunia, meningkatkan kemungkinan munculnya varian baru yang lebih berbahaya di masa depan.
"Pandemi belum selesai," kata Profesor Didier Houssin, ketua Komite Darurat COVID-19 WHO dalam keterangannya Kamis kemarin, seperti mengutip ABC News Jumat 16 Juli.
Lonjakan global dalam kasus baru telah menyoroti tantangan berkelanjutan yang ditimbulkan oleh pandemi. Di Afrika, kasus melampaui puncak gelombang kedua mereka selama tujuh hari yang berakhir pada 4 Juli dan jumlah kematian minggu ini naik sebesar 40 persen, menurut WHO.
Pada awal pandemi, hanya ada satu varian virus SARS-CoV-2. Saat virus menyebar ke seluruh dunia, bermutasi, menumbuhkan ribuan versi baru dari varian awal, dengan beberapa di antaranya lebih menular.
Saat ini ada empat varian yang menjadi perhatian, yang diberi label oleh WHO menggunakan alfabet Yunani. Yang terbaru, varian Delta, yang pertama kali terdeteksi di India, telah diidentifikasi di lebih dari 111 negara dan sekarang bertanggung jawab atas hampir 60 persen dari semua kasus di Amerika Serikat.
"Kami berharap itu menjadi strain dominan yang beredar di seluruh dunia, jika belum," ujar Direktur Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesus.
Ketika virus terus menyebar, varian baru mungkin muncul di masa depan yang mungkin lebih sulit untuk dikendalikan, WHO memperingatkan.
Salah satu cara yang penting dilakukan untuk mencegah penyebaran virus corona adalah dengan vaksinasi, memberikan virus lebih sedikit kesempatan untuk berevolusi menjadi varian baru.
Tetapi, banyak negara tidak memiliki pasokan vaksin yang cukup. Secara global, hanya 25,8 persen dari populasi dunia yang telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19, menurut University of Oxford's.
WHO dalam pengumumannya kemarin juga menekankan pentingnya untuk memanfaatkan semua vaksin yang sudah disetujui penggunaannya saat ini, dengan harapan sedikitnya 10 persen populasi masing-masing negara sudah menerima vaksin COVID-19 pada September mendatang.
Baca juga:
- Hentikan Penggunaan Vaksin COVID-19 Sinovac, Malaysia Pakai Vaksin Pfizer
- Alami Ledakan Kasus COVID-19 dan Kekurangan Oksigen, Rezim Militer Myanmar Umumkan Lockdown
- Operasi Gabungan Militer, Intelijen dan Polisi Perbatasan Israel Tangkap Puluhan Anggota Afiliasi Hamas
- Gelombang Kedua Vaksin Moderna dan AstraZeneca Tiba Hari Ini, Totalnya Mencapai 2,6 Juta Dosis
Dalam kesempatan tersebut, WHO mendorong negara-negara kaya untuk berbagi pasokan vaksin dengan seluruh dunia. Dikombinasikan dengan vaksinasi, penggunaan langkah-langkah kesehatan masyarakat dan sosial yang diinformasikan seperyi masker wajah, jarak fisik dan kebersihan tangan, tetap menjadi strategi paling efektif untuk memerangi penyebaran semua varian SARS-CoV2.
"Virus terus berevolusi, menghasilkan varian yang lebih menular," tukas Ghebreyesus pekan lalu, ketika dunia menandai empat minggu berturut-turut peningkatan kasus.