Blackout Tuesday, Cara Industri Musik AS Hormati Kematian George Floyd
JAKARTA - Industri musik Amerika Serikat mendedikasikan hari Selasa untuk melawan ketidakadilan secara rasial. Tidak hanya musisi, sejumlah label besar AS juga menulis partisipasi mereka dalam kampanye bertajuk Blackout Tuesday ini.
Penyanyi seperti Mick Jagger dari The Rolling Stones dan Peter Gabriel juga ikut menyuarakan hal ini dengan menambahkan tagar TheShowMustBePaused.
Akun Twitter The Rolling Stones menuliskan acara tersebut dengan menuliskan, “Mick, Keith, Charlie dan Ronnie berdiri bersama semua yang melawan rasisme, kekerasan atau fanatik,”
Label rekaman major seperti Columbia Records, Shady Records (label milik Eminem), Quincy Jones Production, Interscope Records, Abbey Road Studios, Def Jam Recordings, Warner, Capitol, turut menyampaikan Blackout Tuesday dengan menghentikan aktivitas dan menunda sejumlah rilisan artis di bawah naungan label.
Baca juga:
Columbia Records menambahkan, “Ini bukan hari libur. Tetapi, ini adalah hari untuk refleksi dan mencari cara untuk bergerak dalam solidaritas.” Label yang menaungi Beyonce dan Harry Styles ini juga memilih berkontribusi terhadap organisasi, pengacara, donasi untuk komunitas berkulit hitam.
Dalam cuitannya, produser Quincy Jones mengungkapkan kesedihannya terhadap rasisme. “Sulit untuk mengetahui apa yang dikatakan karena saya menghadapi rasisme seluruh hidup saya,” aku Jones.
H1GHR Music, label yang menaungi musisi R&B dan hip hop di Korea Selatan seperti Jay Park, RAIN, Sik-K, dan masih banyak lagi mengikuti Blackout Tuesday dengan menunda perilisan musik dari artis milik mereka.
Spotify sebagai salah satu platform musik terbesar akan menambahkan trek 'hening' untuk beberapa daftar putar dan podcast saat Blackout Tuesday. Sebanyak 8 menit 46 detik trek 'hening' itu dibuat untuk mengenang kehidupan George Floyd.
Blackout Tuesday akan dimulai pada Selasa, 2 Juni 2020 waktu AS.