Pandemi Belum Berakhir, PM Johnson Peringatkan Inggris Jelang Pencabutan Pembatasan
JAKARTA - Perdana Menteri Inggris Boris Johnson memperingatkan warga Inggris untuk tetap berhati-hati, memperhatikan protokol kesehatan, seiring dengan rencana pengumuman pencabutan semua pembatasan COVID-19, meski ada lonjakan kasus infeksi beberapa waktu belakangan.
Awal pekan ini, PM Johnson mengajukan proposal untuk menghilangkan aturan tentang pemakaian masker dan jarak sosial, serta instruksi untuk bekerja dari rumah, tentang apa yang disebutnya jalan satu arah menuju kebebasan. Pengumuman mengenai hal ini akan dilakukan Senin 12 Juli waktu setempat.
"Pandemi (COVID-19) global belum berakhir," katanya dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Minggu 11 Juli malam, seperti mengutip Reuters.
"Kasus akan meningkat saat kami membukanya, jadi saat kami mengonfirmasi rencana kami hari ini, pesan kami akan jelas. Kehati-hatian sangat penting, dan kami semua harus bertanggung jawab agar kami tidak membatalkan kemajuan kami," papar PM Boris Johnson.
Inggris telah menerapkan salah satu program vaksinasi tercepat di dunia, dengan lebih dari 87 persen orang dewasa telah menerima setidaknya satu dosis vaksin COVID-19, serta 66 persen lainnya telah menerima dua dosis vaksin.
Namun demikian, beberapa minggu terakhir telah melihat lonjakan infeksi yang mencolok, ke tingkat yang tidak terlihat sejak musim dingin.
Pemerintah berpendapat, meski ada lonjakan kasus infeksi, angka kematian dan rawat inap tetap jauh lebih rendah dari sebelumnya, bukti vaksin menyelamatkan nyawa dan lebih aman untuk dibuka.
Kantor PM Johnson mengungkapkan, lampu hijau untuk mencabut pembatasan tergantung pada pemenuhan empat tes, cukup banyak orang yang divaksinasi, vaksin yang mengurangi rawat inap dan kematian, rumah sakit bebas dari tekanan dan varian yang tidak menimbulkan risiko terlalu besar.
Terpisah, Menteri Vaksinasi pada Kementerian Kesehatan Inggris Nadhim Zahawi dalam pernyataannya kemarin, meminta warga tetap berhati-hati.
"Meskipun masker wajah ditetapkan tidak lagi wajib, pedoman akan menyatakan bahwa orang diharapkan memakai masker di ruang tertutup dalam ruangan", katanya.
Baca juga:
- Diserang Kelompok Bersenjata di Suriah, Militer AS Klaim Tidak Ada Korban Jiwa
- Bentrok dengan Militer Afghanistan: 55 Anggota Taliban Tewas, 90 Luka-luka
- Rusia Catat Lonjakan Kasus COVID-19 Pekanan Tertinggi, Moskow Lewati Masa Puncak Infeksi
- Jet Tempur Sukhoi Rusia Usir Dua Pesawat Pengintai AS di Atas Laut Hitam
Sementara itu, beberapa ilmuwan dan pejabat telah menyatakan keprihatinan, dengan menyatakan sikap pihak berwernang terlalu cepat (mencabut pembatasan).
"Saya tahu pemerintah sangat ingin membuat orang kembali ke kantor, tetapi saya pikir selama empat hingga enam minggu ke depan, itu perlu diterapkan dengan sangat hati-hati untuk menjaga penularan," Profesor Susan Hopkins dari Kesehatan Masyarakat Inggris mengatakan kepada Times Radio.