Bukan Melulu tentang Hubungan Seksual, Pahami 3 Poin Penting dari Pendidikan Seks

JAKARTA – Banyak yang menganggap bahwa pembahasan dalam pendidikan seks dianggap tabu. Bahkan pembahasan melulu seputar hubungan seksual kerap dipahami secara ambigu.

Padahal dengan pendidikan seks, bisa membuka lanskap pengetahuan tentang tubuh beserta fungsinya, otonomi tubuh, consent, dan kesehatan reproduksi. Topik pengetahuan dalam pendidikan seksual juga tidak hanya untuk perempuan, tetapi pria juga perlu memahaminya.

Dilansir Antara, Kamis, 1 Juli, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo mengatakan bahwa pendidikan seks adalah kunci dari penegakan hak otonomi tubuh sehingga setiap orang punya kuasa atas tubunya sendiri tanpa mengalami risiko kekerasan dan paksaan.

Lantas, apa saja poin penting yang terangkum dalam pendidikan seks dengan tujuan penegakan hak atas otonomi tubuh? Berikut daftarnya.

Kesehatan reproduksi

Menurut Hasto, minimnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi terjadi di masyarakat, seperti praktik sunat perempuan. Fakta ini membuat hak otonomi tubuh perempuan dilanggar.

Faktanya dalam kesehatan reproduksi dikutip dari laman Ikatan Dokter Anak Indonesia, tidak semua anak perempuan memiliki prepusium atau kulit penutup yang menutupi klitoris maupun saluran kemih.

Kalau pada pria, sunat dilakukan untuk menurunkan risiko saluran kemih, infeksi pada penis, maupun menghindari risiko mengalami penyakit menular pada usia dewasa.

Pada wanita, sunat tidak ditemukan indikasi medis bahkan menurut WHO, sunat pada perempuan berisiko alami komplikasi serius dan mengancam nyawa.

Disamping pemahaman mendasar tentang sunat, pemahaman mengenai siklus bulanan pada perempuan juga minim diajarkan.

Padahal ini berkaitan dengan kehidupan reproduksi ketika dewasa, termasuk memilih alat kontrasepsi, menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, dan persetujuan dengan pasangan berkaitan dengan kehidupan seksual.  

Pemahaman tentang otonomi tubuh

“Jika masyarakat sejak dini diajari tentang tubuh masing-masing, mereka bisa punya pengetahuan mengenai apa yang terbaik untuk diri mereka sendiri. Termasuk praktik pernikahan pada anak yang sistem reproduksinya belum sempurna justru akan merugikan kesehatan, seperti risiko kanker serviks,” terang Hasto.

Kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi berpengaruh pada pelanggaran hak otonomi tubuh. Dalam kehidupan seksual, sistem reproduksi berperan penting dan perlu dipahami dalam pendidikan seks.

Terciptanya kesehatan berkualitas

Lagi-lagi pendidikan seksual perlu didapatkan, dipahami, dan dipraktikkan oleh pria dan perempuan. Setiap orang perlu mendapatkan pengetahuan mendalam tentang seks, organ reproduksi, seksualitas, dan jalinan relasi dengan pasangan.

Jika hak dan masalah terkait gender telah diatasi, maka tercipta kesehatan berkualitas terutama bagi perempuan serta anak perempuan.