Lawan Artileri Korea Utara, Korea Selatan Bangun Sistem Pertahanan Udara 'Iron Dome'
JAKARTA - Korea Selatan pada Hari Senin memutuskan untuk mengembangkan metode pertahanan udara sendiri, dengan membangun sistem roket pencegat seperti Iron Dome Israel, untuk menghadapi ancaman artileri jarak jauh dari Korea Utara.
Komite Promosi Proyek Pertahanan, yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan Suh Wook, menyetujui proyek senilai 2,89 triliun won atau setara dengan 2,56 miliar dolar Amerika Serikat yang diharapkan akan dimulai tahun depan dan ditargetkan selesai tahun 2035, menurut Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA) .
"Proyek ini dirancang untuk mengamankan sistem pencegat dengan teknologi kami sendiri, untuk meningkatkan kemampuan melawan ancaman artileri jarak jauh musuh, untuk melindungi fasilitas inti, infrastruktur militer dan keamanan Korea Selatan,” kata DAPA dalam rilisnya seperti mengutip Korea Times Senin 28 Juni.
Tahun lalu, Kementerian Pertahanan berjanji untuk membangun sistem pertahanan udara seperti itu sebagai rencana jangka panjang. Iron Dome dirancang untuk mendeteksi, mengidentifikasi dan menghancurkan ancaman yang masuk, seperti rudal jarak pendek, peluru artileri dan kendaraan udara tak berawak.
Untuk diketahui, Pyongyang mengerahkan sekitar 1.000 artileri di sepanjang Garis Demarkasi Militer yang memisahkan kedua Korea, termasuk peluncur roket ganda 240 milimeter, yang sebagian besar ditujukan langsung ke Seoul dan wilayah metropolitan, menurut pejabat militer.
Baca juga:
- Polisi Rahasia Bergerak, Korea Utara Eksekusi Mati Pelanggar Pengawasan, Tahan Ratusan Lainnya
- Korea Utara Bakal Miliki 242 Senjata Nuklir dan Lusinan Rudal Balistik Antarbenua di Tahun 2027
- 54 Pohon Dilubangi Secara Misterius, Polisi Korea Selatan Gelar Penyelidikan
- Awas, Rusia Bakal Gelar Tiga Kali Uji Coba Rudal Balistik Antarbenua Satan 2
Korea Utara juga terus mengembangkan senjata konvensionalnya, memamerkan jenis baru rudal balistik jarak pendek, serta beberapa peluncur roket selama beberapa tahun terakhir, di tengah pembicaraan denuklirisasi yang terhenti dengan Amerika Serikat dan hubungan antar-Korea yang dingin.