Miss Holocaust Survivor: Kontes Kecantikan Penyintas Holocaust Digelar dalam Sejarah Hari Ini, 28 Juni 2012

JAKARTA - Pada 28 Juni 2012, sebanyak 14 wanita yang selamat dari kengerian Perang Dunia II mengikuti kontes yang tidak biasa. Mereka bersaing untuk mendapatkan kehormatan dinobatkan sebagai 'Miss Holocaust Survivor' pertama di Israel.

Mengutip Times of Israel, Miss Holocaust Survivor digelar sebagai bentuk perayaan kehidupan. Meski demikian acara tersebut juga menimbulkan kontroversi.

Di negara, di mana jutaan orang mengalami pengalaman terburuk dalam hidup, Holocaust, banyak yang berpendapat bahwa menilai wanita lanjut usia yang sangat menderita karena penampilan fisik tidak pantas. Sebagian orang bahkan menganggap itu menyinggung.

“Kedengarannya sangat mengerikan bagi saya,” kata Colette Avital, ketua kelompok payung korban Holocaust terkemuka Israel.

"Saya mendukung memperkaya kehidupan. Tetapi satu kali kontes yang menyamar dengan pakaian indah bukanlah yang akan membuat hidup mereka lebih bermakna."

Avital juga mengkritik perusahaan kosmetik yang ikut berpartisipasi dalam acara tersebut. Avital mengatakan perusahaan-perusahaan itu menggunakan korban Holocaust dalam aksi pemasaran kosmetik murah untuk mempromosikan produk mereka.

“Mengapa menggunakan kontes kecantikan untuk menunjukkan bahwa orang-orang ini selamat dan bahwa mereka berani?” tanya Lili Haber, putri penyintas Holocaust yang mengepalai sebuah organisasi Israel yang membantu para penyintas dari Polandia.

“Saya pikir itu mengerikan. Saya pikir itu adalah sesuatu yang seharusnya tidak dipikirkan oleh orang yang baik.”

Penyelenggara kontes Shimon Sabag menolak kritik tersebut. Ia mengatakan para pemenang dipilih berdasar kisah pribadi mereka tentang bertahan hidup.

Ia juga memiliki harapan acara ini memberi inspirasi tentang bagaimana para penyintas kembali membangun kehidupan setelah perang. Kecantikan fisik hanyalah sebagian kecil dari kompetisi.

“Mereka merasa baik bersama. Mereka bersenang-senang dan saat pelatihan,” kata Sabag, direktur Yad Ezer L'Haver, atau Helping Hand, yang membantu para penyintas Holocaust yang membutuhkan dan mengorganisir kontes tersebut.

Tentang Miss Holocaust Survivor

Salah satu penyelenggaraan Miss Holocaust Survivor (Sumber: Tangkap layar video AP Archive)

Hampir 300 wanita dari seluruh Israel mendaftar untuk kompetisi tersebut saat itu. Namun hanya 14 finalis yang muncul pada hari kompetisi.

Acara kecantikan itu, termasuk makan malam mewah dan musik di aula resepsi Haifa. Sekitar 600 orang hadir, termasuk dua menteri Israel, Moshe Kahlon dan Yossi Peled, yang merupakan korban kekejaman Holocaust.

Para wanita, mulai dari usia 74 hingga 97 tahun menikmati acara tersebut. Mereka mengenakan gaun hitam, anting-anting dan kalung, serta ikat pinggang cantik sambil menyeringai dan melambaikan tangan saat diperkenalkan kepada penonton.

Musik dimainkan saat para kontestan berjalan di sepanjang karpet merah. Mereka memperkenalkan diri dan menggambarkan kenangan mereka tentang Perang Dunia II.

“Saya memiliki hak istimewa untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Hitler ingin memusnahkan kami dan kami masih hidup. Kami juga menikmati hidup. Syukurlah seperti itu,” kata Esther Libber, runner-up Miss Holocaust Survivor yang saat itu berusia 74 tahun.

Esther meninggalkan rumahnya di Polandia. Ia bersembunyi di hutan dan diselamatkan oleh seorang wanita Polandia.

Esther bilang ia kehilangan seluruh keluarga dekatnya. Hava Hershkovitz, yang saat itu berusia 79 tahun dan berhasil mendapat gelar Miss Holocaust Survivor berkisah diusir dari rumahnya di Rumania pada 1941.

Ia lalu dikirim ke kamp penahanan di Uni Soviet selama tiga tahun. Kini ia tinggal di panti yang dikelola oleh Helping Hand.

“Tempat ini penuh dengan orang-orang yang selamat. Hal tersebut membuat kami menjadi pusat perhatian sehingga orang akan peduli. Tidak mudah pada usia ini untuk mengikuti kontes kecantikan, tetapi kami semua melakukannya untuk menunjukkan bahwa kami masih di sini,” kata Hershkovitz, yang berambut perak.

Ada empat juri dalam ajang ini. Mereka terdiri dari tiga mantan ratu kecantikan dan seorang psikiater geriatri yang berspesialisasi merawat korban Holocaust untuk memilih pemenangnya.

Kontes dan kematian

Selain kisah para kontestan tentang kamp konsentrasi Nazi, kontribusi mereka kepada komunitas juga dipertimbangkan, kata Sabag. Penampilan fisik mungkin '10 persen' dari kriteria, meski sebuah perusahaan kosmetik direkrut untuk membantu para wanita berdandan untuk acara tersebut.

“Kami selalu menyarankan mereka untuk berpakaian bagus dan terlihat cantik, berpikir positif dan menjaga diri,” kata Sabag.

“Selalu lihat hidup dengan senyuman dan teruslah hidup.”

Hampir 200.000 orang tua yang selamat dari Holocaust tinggal di Israel. Hari Holocaust tahunan di Israel adalah salah satu hari yang paling dihormati dalam kalender.

Pada hari itu, restoran dan bioskop tutup. Berbagai kegiatan di Israel terhenti saat sirene meraung selama dua menit.

Benjamin Netanyahu (Sumber: Commons Wikimedia)

Para pemimpin Israel, termasuk Benjamin Netanyahu sering menyebut Holocaust ketika membahas ancaman yang mereka yakini ditimbulkan oleh Iran yang memiliki senjata nuklir. Miss Holocaust Survivor bukanlah satu-satunya kontes kecantikan yang tidak konvensional.

Angola dan Kamboja yang mengalami perang mengadakan kontes kecantikan Miss Landmine untuk para penyintas ledakan ranjau darat. Ada juga kontes untuk penggemar Star Trek yaitu Miss Klingon Empire di Atlanta.

Perempuan dan Holocaust

Hidup di bawah bayang-bayang Holocaust saja sudah sangat mengerikan. Kengerian tersebut berkali-kali lipat bagi kaum hawa.

Perempuan yang kerap berbangga akan kecantikan rambutnya, harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya harus dibotaki. Selain itu, mereka harus menghadapi kejijikan dan tidak adanya akses untuk membersihkan diri ketika mengalami menstruasi di kamp-kamp Holocaust.

"Apa itu perempuan tanpa kemuliaan di kepalanya, tanpa rambut? Dan, seorang perempuan yang tidak menstruasi?" kata Erna Rubinstein, seorang Yahudi di Polandia. 

Selengkapnya tentang kisah di atas telah dibahas mendalam di artikel MEMORI berjudul Cerita Perempuan Mengatasi Menstruasi di Zaman Holocaust.

Ilustrasi foto kamp Holocaust (Sumber: Commons Wikimedia)

Kala itu menstruasi tidak terlalu diperbincangkan karena dianggap memalukan sehingga membuat perempuan yang ada di kamp sering telat menstruasi karena stres dan tertekan. Banyak perempuan menjalankan masa menstruasi dengan tidak manusiawi.

"Kami tidak punya air untuk mencuci diri, kami tidak punya pakaian dalam. Kami tidak bisa ke mana-mana. Semuanya menempel pada kami, dan bagi saya, itu mungkin hal yang paling tidak manusiawi dari segalanya," kata Trude Levi. 

Meski demikian, menstruasi juga menjadi penyelamat bagi perempuan Yahudi yang berada di kamp-kapm Nazi. Seringkali ada eksperimen yang disuntikkan ke rahim namun ketika perempuan tersebut sedang menstruasi, dokter akan membatalkan eksperimen. 

Suatu hari, seorang perempuan bernama Elizabeth Feldman, mendapatkan jadwal untuk menjadi bahan eksperimen. Dia yang tak ingin menjadi bahan eksperimen, meminjam pakaian bekas adiknya dan mengatakan jika dia sedang menstruasi. Percobaan eksperimen ini pun dibatalkan.

*Baca Informasi lain soal SEJARAH DUNIA atau baca tulisan menarik lain dari Putri Ainur Islam.

SEJARAH HARI INI Lainnya