Wali Kota Ungkap Kekerasan Anak dan Perempuan di Ambong Melonjak

JAKARTA - Wali Kota Ambon, Maluku, Richard Louhenapessy menyatakan kekerasan terhadap perempuan dan anak di daerahnya mengalami peningkatan di tahun 2020.

"Laporan kekerasan yang diterima Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Ambon, jumlah kekerasan yang terjadi terhadap perempuan meningkat dari tahun 2019 sebanyak 40 kasus menjadi 55 kasus di tahun 2020," katanya saat pelantikan pengurus P2TP2A Kota Ambon di Ambon, dilansir Antara Jumat, 18 Juni.

Terhitung hingga Juni 2021 sebanyak 24 kasus kekerasan terhadap perempuan, sedangkan kekerasan terhadap anak di tahun 2020 sebanyak 60 kasus dan hingga Juni 2021 tercatat 29 kasus.

"Ini hanya kasus yang terlaporkan, sedangkan masih banyak kasus yang tidak dilaporkan," katanya.

Diakuinya, bentuk kekerasan di Kota Ambon yang terjadi lebih banyak didominasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

Sedangkan kasus perempuan dan anak lebih didominasi dengan kasus setubuh anak di bawah umur dengan pelaku inses atau keluarga sendiri.

Richard menjelaskan, dari data di atas memperlihatkan bahwa kondisi pandemi COVID-19 saat ini menyebabkan keluarga berkumpul di rumah, bukan hanya membawa dampak positif tetapi negatif dalam keluarga, dimana perempuan dan anak menjadi kelompok rentan korban kekerasan.

Himpitan ketidakpastian ekonomi, kehilangan pekerjaan, kondisi tempat tinggal yang terlalu padat, hingga beban rumah tangga yang lebih tinggi mengakibatkan istri menjadi korban pelampiasan kemarahan.

Sedangkan pada anak, penggunaan telepon seluler sebagai media belajar ditunjang pemakaian internet yang lama dan tanpa pengawasan orang tua membuat anak menjadi stres.

"Keadaan ini menjadi keprihatinan kita semua, sehingga diperlukan upaya pencegahan dan penanganan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat, " katanya.