Saat Popularitas Membuat Hiu Bambu Masuk Daftar Merah Terancam Punah
JAKARTA - Tak selamanya popularitas berdampak positif terhadap hewan. Misalnya saja seperti yang dialami oleh hiu bambu. Populer di kalangan kolektor ikan dan pecinta makanan eksotis, hiu ini terancam punah.
Warna tubuhnya yang menarik perhatian dengan garis putih serta ekor ekstra panjang, hiu bambu diminati kolektor ikan untuk mengisi akuarium mereka. Sementara penikmat kuliner eksotis, rela bayar mahal untuk kelezatan daging hiu ini.
Kondisi ini membuat prihatin para peneliti perikanan yang kemudian mencoba membuat program pelestarian di Teluk Thailand. Beberapa hiu bambu muda dilepaskan di dasar Teluk Thailand, dengan harapan membantu spesies ini keluar dari daftar merah 'terancam punah' dari Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam.
"Kami menyelam ke dasar laut untuk melepaskan ikan di daerah yang aman sehingga mereka memiliki kesempatan lebih baik untuk bertahan hidup, daripada melepaskan mereka di permukaan air seperti kebanyakan hewan lainnya," kata pejabat perikanan Udom Krueniam seperti melansir Reuters.
"Jika kita melepaskannya ke permukaan air, ada lebih banyak kemungkinan mereka akan dimakan oleh ikan yang lebih besar atau berenang keluar dari tempat berlindung," lanjutnya.
Pada awal Juni lalu, para peneliti melepaskan sekitar 40 hiu bambu berpita cokelat, berusia antara 2-3 bulan di terumbu karang buatan dengan spesifikasi khusus dan diletakkan pada kedalaman 18 meter atau sekitar 60 kaki.
Selain berasal dari Teluk Thailand, spesies hiu bambu berpita cokelat diketahui juga ditemukan di wilayah Asia Tenggara lainnya, Jepang serta perairan Australia utara.
Hiu bambu adalah salah satu predator laut terkecil, tumbuh hingga panjang maksimum sekitar 1,2 meter (4 kaki) dan tidak mengancam manusia. Aktif mencari makan di malam hari, hiu bambu menggunakan gigi kecil mereka untuk menangkap atau menghancurkan mangsa.
Para peneliti berharap hiu yang dilepasliarkan akan menetap di rumah baru yang dibuat para peneliti, di mana mereka awalnya akan dilindungi oleh karang buatan dan mudah-mudahan berkembang biak.
Selain di Teluk Thailand, proses pelestarian juga dilakukan di fasilitas penelitian di darat yang terletak di Panida BuaLangka. Para peneliti membantu proses penetasan telur hiu bambu.
Dengan menggunakan gunting khusus, mereka berhati-hati memotong ujung selubung telur untuk membantu melepaskan bayi hiu. Udom menerangkan, proses penetasan sengan dilakukan di akuarium, bukan di laut terbuka di mana mereka rentan terhadap predator lain, untuk melindungin spesies ini.
Baca juga:
Udom mengatakan, dari proyek penetasan telur hiu bambu tahun lalu, pihaknya berhasil melepaskan banyak bayi hiu ke lautan. Menurut catatannya, sejauh ini proyek pelestarian ini berhasil menetaskan, merawat dan melepas liarkan lebih dari 200 hiu bambu ke Teluk Thailand.