Kasus Baru Merebak di China, Tes Massal Sasar 11 Juta Penduduk

JAKARTA - Pemerintah Kota Wuhan, Hubei, China, yang menjadi pusat pandemi virus corona baru, akan melakukan tes massal COVID-19 kepada sebelas juta penduduknya dalam sepuluh hari ke depan. Tes massal merupakan respons dari munculnya beberapa kasus baru pada 8 Mei. Ada kekhawatiran gelombang dua COVID-19.

Kabar itu datang dari media pemerintah China, The Paper. Setidaknya ada enam kasus yang pertama dilaporkan di Wuhan pasca karantina wilayah selama 76 hari. Semua kasus tersebut tidak ada yang berasal dari luar negeri. 

Mereka akan melakukan uji asam nukleat yang dapat mendeteksi kode genetik virus dan bisa lebih efektif untuk mendeteksi virus daripada tes respons imun. Para lansia serta warga yang tinggal di daerah padat penduduk dan banyak dikunjungi menjadi prioritas pengujian.

"Kita menyadari bahwa sebuah pencapaian baik belum tentu menentukan kemenangan," kata Anggota Komite Tetap Provinsi Hubei, Wang Zhonglin kepada Harian Changjiang yang dikutip Sky News. "Kita tidak boleh gegabah, lumpuh dan lemah," katanya.

Pemerintah pusat kecewa

Padahal, usai karantina wilayah, Wuhan berangsur-angsur kembali normal. Orang-orang sudah boleh keluar rumah, meski masih banyak bisnis yang masih tutup. 

Pemerintah China tak senang pada penemuan beberapa kasus baru tersebut. Pasalnya Wuhan telah dianggap sebagai contoh kota yang berhasil menghentikan penyebaran virus. 

Pemerintah China dalam laporannya menyatakan telah mencopot jabatan Kepala Dsitrik Dongxihu Wuhan, Zhang Yuxin. "Karena gagal mencegah epidemi dari kasus-kasus yang baru ditemukan itu" tertulis.