Mark Zuckerberg Beri Kompensasi Rp773 M untuk Moderator yang Stres Urusi Konten di Facebook
JAKARTA - Di balik kesuksesan jejaring media sosialnya, ternyata Facebook memiliki segudang masalah termasuk kesehatan mental yang harus dialami karyawannya. Dikabarkan Facebook menyetujui untuk memberikan kompensasi kepada karyawannya yang harus stres dan mengalami kesehatan mental saat moderasi konten di platformnya.
Dilaporkan The Verge, Rabu 13 Mei, sebanyak 11.250 moderator, yang berbasis di kantor Facebook Amerika Serikat (AS), akan menerima pembayaran sebagai kompensasi untuk masalah kesehatan mental yang mereka alami saat sedang menilai materi yang berpotensi berbahaya pada platform milik Mark Zuckerberg itu.
Diketahui, para moderator konten diharuskan setiap hari untuk melihat foto dan gambar pemerkosaan, pembunuhan, dan bunuh diri, guna mensukseskan filter yang dimiliki Facebook untuk menyaring konten yang berpotensi berbahaya dan melanggar kebijakan media sosial berlogo biru tersebut.
Baca juga:
Nantinya, moderator konten saat ini dan sebelumnya di AS masing-masing setidaknya akan menerima kompensasi sekira 1.000 dolar AS dengan total dana 52 juta dolar AS. Jika moderator didiagnosis dengan gangguan stres pasca-trauma (PTSD), atau kondisi kesehatan mental terkait, mereka akan mendapatkan kompensasi lebih banyak berdasarkan syarat dan ketentuan Facebook.
Pembayaran itu tergantung pada gangguan mental yang mereka alami, hingga depresi berat sebagai akibat dari pekerjaan itu dan jumlah total yang dituntut. Satu orang moderator dapat diberikan ganti rugi hingga 50.000 dolar AS.
Gugatan ini bermula dari salah satu mantan moderator konten Selena Scola pada 2018. Ia mengklaim bahwa dirinya mengalami PTSD setelah sembilan bulan bekerja. Gugatan itu berisi bahwa perusahaan telah "mengabaikan tugasnya" untuk melindungi moderator yang mengalami trauma mental setelah melihat materi ekstrem sebagai bagian dari pekerjaan mereka.
Moderator konten di Eropa pun telah mengajukan tuntutan serupa terhadap Facebook. Tahun lalu, perusahaan mengumumkan kenaikan gaji untuk moderator konten, sementara faktanya bahwa ada laporan kalau perusahaan tersebut tidak memberikan kompensasi yang baik atas kerja keras yang dilakukan para moderator hingga melukai mental mereka.
"Kami sangat senang bahwa Facebook bekerja bersama kami untuk menciptakan program yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk membantu orang melakukan pekerjaan yang tidak terbayangkan bahkan beberapa tahun yang lalu. Namun, Kerugian yang bisa diderita dari pekerjaan ini nyata dan sangat parah," ujar seorang pengacara penggugat, Steve Williams.
Sebagai bagian dari penyelesaian, Facebook akan membuat perubahan pada perangkat lunak moderasi kontennya. Audio konten akan dibisukan dan video yang sering menyertakan rekaman kekerasan atau menyiksa akan ditampilkan dalam warna hitam dan putih.
Perubahan ini akan berlaku untuk semua moderator pada 2021 mendatang. Moderator juga akan memiliki akses ke profesional kesehatan mental yang berlisensi, konselor dan sesi terapi kelompok yang diselenggarakan setiap bulan.
Mengacu pada masalah ini, nantinya Facebook juga akan meminta perusahaan tempat penyaluran moderator konten untuk memberikan rincian tentang dukungan psikologis di setiap perekrutan pekerja dan memiliki informasi bagaimana soal ketahanan emosional mereka selama proses perekrutan, sebelum benar-benar menjadi karyawan moderator konten perusahaan tersebut.
Penyelesaian ini mencakup moderator konten di California, Arizona, Texas dan Florida yang bekerja untuk Facebook dari 2015 hingga saat ini.
"Kami berterima kasih kepada orang-orang yang melakukan pekerjaan penting ini untuk menjadikan Facebook lingkungan yang aman bagi semua orang. Kami berkomitmen untuk memberikan mereka dukungan tambahan melalui penyelesaian ini dan di masa depan," ungkap Facebook dalam keterangan resminya.