Inflasi Mei 0,32 Persen, BPS: Ditopang Puasa dan Hari Raya Idulfitri
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pada bulan Mei terjadi inflasi sebesar 0,32 persen. Inflasi kali ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yakni 0,13 persen. Sementara inflasi secara tahun kalender sebesar 0,90 persen dan inflasi tahun ke tahun sebesar 1,68 persen.
Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS Setianto mengatakan, inflasi ini utamanya masih disumbang oleh bahan pokok. Dari 90 kota IHK, sebanyak 78 kota yang mengalami inflasi dan 12 kota mengalami deflasi.
Inflasi tertinggi terjadi di Manokwari 1,82 persen dipicu oleh kenaikan tarif angkutan udara. Sementara, inflasi terendah terjadi di Tambilaan 0,01 persen.
Setianto mengatakan penyebab inflasi di Manokwari utamanya terkait angkutan udara dengan andil 0,77 persen, serta bayam 0,29 persen, cakalang 0,17 persen, ikan ekor kuning 0,15 persen, ikan mumar 0,14 persen, dan kangkung 0,11 persen.
Baca juga:
- Sah! Pemerintah Serahkan RAPBN 2022 ke DPR, Sri Mulyani: Mohon Masukan dari Anggota Dewan yang Terhormat
- Digoda Kapan Naikkan Suku Bunga, Gubernur BI: Kita Bicarakan Tahun Depan, Sabar Sitik Toh Yo!
- Laporan Keuangan Bank Indonesia Periode 2020 Raih Opini WTP dari BPK
- Emas di Asia di Atas 1.900 Dolar Setelah Inflasi AS Angkat Daya Tarik
"Jadi kenaikan di bulan Mei akibat adanya puasa maupun Hari Raya Idulfitri. Terasa sekali adanya peningkatan harga-harga atau inflasi di bulan Mei," katanya dalam konferensi pers secara virtual, Rabu, 2 Juni.
Sementara itu, Setianto mengatakan deflasi tertinggi tercatat di Timika minus 0,83 persen akibat turunnya harga kangkung, cabai rawit dan cabai merah. Deflasi terendah terjadi di Palembang minus 0,02 persen pada Mei 2021.
"Komoditas yang menjadi pemicu deflasi di Timika adalah kangkung, cabe rawit, rawit hijau, cabai merah, kol putih atau kubis," jelasnya.