JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) menyoroti tingkat pertumbuhan inflasi yang terus menunjukan tren kenaikan, terutama pada momentum Ramadan kali ini.
Kepala BPS Margo Yuwono meyakini salah satu pendorong angka inflasi yang semakin membesar adalah pola konsumsi masyarakat yang meningkat. Terlebih, pemerintah telah menetapkan kebijakan cuti bersama yang cukup panjang pada Idulfitri mendatang.
“Pak Presiden juga kemarin mengumumkan ada libur hari raya, ini juga pasti meningkatkan permintaan dan ini akan menaikan inflasi yang terjadi di periode April dan Mei,” ujarnya dalam diskusi virtual pada Kamis, 7 April.
Menurut Margo, melonjaknya level inflasi sebenarnya telah terjadi cukup lama. Dalam catatan dia, laju inflasi sempat melandai dalam dua Ramadan sebelumnya karena pemerintah memperketat aturan mobilitas bagi masyarakat dalam merayakan hari besar keagamaan.
“Tren inflasi dalam dua puasa terakhir ini lebih rendah dibanding dengan puasa-puasa sebelumnya . Nah, nanti kita ingin tahu juga di puasa ini di bulan April Mei sampai Lebaran ini kira-kira faktor inflasi seperti apa,” tutur dia.
BACA JUGA:
Lebih lanjut, meski biasanya BPS hanya memberikan laporan berdasarkan rekam peristiwa yang telah terjadi, namun dengan sejumlah indikator yang ada saat ini potensi melonjaknya inflasi sudah tidak dapat dihindari lagi.
“Kalau melihat tren yang ada pasti akan terjadi inflasi yang tinggi lagi karena mobilitas sudah mulai membaik,” tegas Margo.
Dalam catatan VOI, pada Maret 2022 telah terjadi inflasi sebesar 2,64 persen secara tahunan (year on year/yoy) atau dibandingkan dengan Maret 2021.
Level tersebut merupakan angka tertinggi sejak April 2020 dimana pada saat itu terjadi inflasi tahunan sebesar 2,67 persen.
Adapun, secara bulanan atau month to month (mtm), inflasi Maret 2022 tercatat 0,66 persen atau melonjak signifikan dari Februari 2022 dengan deflasi minus 0,02 persen.
Sementara secara tahun kalender atau dari Januari hingga Maret 2022 tingkat inflasi adalah sebesar 1,20 persen.