Mengoptimalkan Citra Satelit untuk Awasi Ilegal Fishing di Natuna

JAKARTA - Dosen IPB dari Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Dr Jonson Lumban Gaol mengemukakan teknologi satelit dapat mengurangi praktik pencurian ikan di perairan Indonesia, secara khusus Natuna. Apalagi banyaknya kapal-kapal berbendera asing yang melakukan aktivitas ilegal fishing di perairan Indonesia. 

"Kita bisa melakukan pengawasan dengan berbagai metode, seperti metode non-konvensional dengan teknologi satelit," ujar Jonson Lumban Gaol, seperti dikutip dari Antara, Selasa, 1 Juni.

Ia menyampaikan beberapa teknologi yang telah digunakan untuk memonitoring kapal di dunia, antara lain automatic identification system (AIS) dan vessel monitoring system (VMS).

Selain itu, lanjut dia, dapat juga menggunakan teknologi setelit dari sensor optical imagery, night-ime optical imagery dari instrumen Visible Infrared Imaging Radiometer Suite (VIIRS) dan Sybtetic Aperture Radar (SAR).

Pemanfaatan teknologi satelit ini dimaksudkan untuk memantau kapal ikan yang tidak menyiarkan posisinya, baik melalui AIS maupun VMS dan berada pada mode gelap (dark) dalam sistem pemantauan publik.

"Sebagian besar kapal-kapal ikan di Indonesia itu tidak menyiarkan posisinya dan berada dalam kondisi gelap dalam sistem pemantauan publik," katanya.

Dengan bantuan teknologi satelit, kapal-kapal penangkap ikan dapat termonitor secara aktual. Teknologi satelit juga dapat memantau kapal yang mematikan sinyal dari AIS dan VMS-nya.

Dijelaskannya satelit dengan instrumen VIIRS dapat memantau kapal ikan yang menghidupkan lampu penerangan saat melakukan operasi penangkapan pada malam hari. Biasanya, katanya, kapal penangkap ikan itu menyasar komoditas cumi-cumi dan ikan yang memiliki sifat fototaksis positif atau menyukai cahaya.

Jonson menyebut kapal-kapal penangkap ikan biasanya beroperasi pada malam hari, sehingga pengawasan dengan metode konvensional seperti patroli akan sulit dilakukan terutama jika tidak ada fasilitas dan sumber daya manusia yang memadai.

Mengingat aktivitas nelayan Indonesia di perbatasan Natuna berdasarkan data satelit, lebih sedikit jika dibandingkan nelayan dari Malaysia dan Vietnam. Padahal laut Natuna membentang luas hingga perbatasan.

"Dukungan armada ini sangat penting supaya nelayan juga bisa mengambil sumber daya laut kita dengan optimal. Kalau armadanya kecil, pasti nelayan tidak berani melaut menuju laut lepas, apalagi kalau cuacanya sedang ekstrem," pungkasnya.