Moeldoko Minta Pengelolaan TMII dengan Intervensi Digital
JAKARTA - Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta pengelolaan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dilakukan dengan intervensi teknologi digital.
“Pengelolaannya harus dengan intervensi digital. Tapi tidak meninggalkan konsep yang sudah bagus tentang Indonesia,” tutur Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko saat menghadiri rapat koordinasi pengelolaan TMII di Gedung Pengelola TMII Jakarta, dilansir Antara, Selasa, 25 Mei.
Moeldoko menjelaskan, TMII harus terlihat lebih modern, canggih, dan membawa perasaan optimisme melalui culture of hope bagi generasi muda. Selain itu, TMII harus mendukung era revolusi industri 4.0 dengan memanfaatkan Teknologi Informasi (TI) untuk membuat lompatan inovasi dan edukasi berkelas internasional.
"Konsep inilah yang harus dipedomani oleh pengelola TMII (BUMN Pariwisata). Jangan sampai ada suara, TMII sama saja hanya berganti bungkusnya,” tegas Moeldoko.
Secara rinci, Moeldoko memaparkan, TMII harus dimanfaatkan sebagai wadah berkumpulnya anak muda dengan konsep Taman Budaya.
Baca juga:
- Di Mal Milik Konglomerat Chairul Tanjung, Sandiaga Uno Ajak Masyarakat Beli Produk Lokal untuk Hampers Lebaran
- Kemenparekraf Mulai Perketat Protokol Kesehatan di Destinasi Wisata, Sandiaga Uno: Kembali Lagi Masyarakat Harus Sadar Diri
- Sri Mulyani Ingin Menaikkan Tarif PPN, Sandiaga Uno: Saya Rasa Waktunya Belum Tepat
- Kadin Luncurkan Bio Sneakers, Sandiaga Uno: Sepatu yang Bakal Terurai di Dalam Tanah
Dari sisi digital, teknologi digunakan untuk mengubah budaya yang intangible menjadi entitas nyata untuk dipamerkan dan dinikmati. Misalnya, pemerintah daerah menyediakan digitalisasi cerita sejarah/ budaya daerah di anjungannya, dengan cara-cara inovatif seperti video interaktif, teknologi 3D di smartphone/augmented reality.
Pemanfaatan virtual reality yang dapat diakses secara online juga jadi arahan Moeldoko kepada para peserta rapat.
“Terlebih di masa pandemi. Penggunaan virtual reality semakin populer untuk mengakomodasi pembatasan pengunjung dengan menyediakan tur virtual tentang anjungan-anjungan maupun museum-museum melalui handphone atau komputer,” jelas Moeldoko.
“Saya akan ikuti terus perkembangan pengelolaan TMII dari waktu ke waktu agar perubahan ekstrem yang dilakukan menjadi kekuatan dan akan menghasilkan sesuatu yang terukur dan tidak terukur,” imbuh Moeldoko.
Sementara itu para peserta rapat yang terdiri dari Tim Pokja, Direktorat Jenderal Kekayaan Negara (DJKN) Kementerian Keuangan, hingga calon mitra pengelola TMII PT Taman Wisata Candi (TWC) menyambut baik arahan Moeldoko.
Seperti disampaikan Ketua Tim Pokja TMII Kolonel I Gustri Putu Ngurah. Menurut Putu, pihaknya telah melakukan beberapa perbaikan, mulai gerbang utama dengan mengoptimalkan kembali videotron, lahan parkir baru, hingga perbaikan drainase.
Perbaikan-perbaikan itu pun berhasil mengundang minat pengunjung. “Hasilnya, sejak April-Mei 2021, TMII berhasil memeroleh pendapatan Rp6,46 miliar,” ujar Putu.
Adapun Perwakilan Direktorat Penilaian DJKN Kemenkeu Noviantoro menyampaikan, Kemenkeu telah menetapkan TMII sebagai Barang Milik Negara (BMN) Khusus.
Dengan begitu, Kementerian Sekretaris Negara bisa segera menunjuk calon mitra sebagai pengelola TMII.
"Catatannya, perlu dipilah mana aset milik negara dan milik mitra. Termasuk rencana nilai investasi, sehingga akan diketahui berapa nilai yang jadi hak negara dan hak mitra,” kata Noviantoro.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama TWC Edy Setijono mengusulkan konsep Indonesia Opera untuk rebranding TMII.
Konsep ini meliputi edukasi dan preservation, tourism, cultural entertainment, community engagement dan international event.
“Konsep ini berarti representasi kekinian Indonesia yang relevan dan inspiratif. Dengan konsep ini, kami tidak hanya menata TMII tapi merepresentasikan kembali potret Indonesia sebagai unity in diversity,” ungkap Edy.