Meme Bupati Klaten di Medsos, Bentuk Sanksi Sosial dari Warganet
JAKARTA - Meme yang menampilkan gambar Bupati Klaten Sri Mulyani berseliweran di media sosial dalam beberapa hari belakangan. Foto Sri Mulyani diedit dan ditempelkan di berbagai foto, seperti baliho dalam video game, logo sepatu, hingga sampul buku, lalu diunggah oleh warganet.
Meme Sri Mulyani muncul setelah terungkapnya bantuan penanganan COVID-19 berupa hand sanitizer dari Kementerian Sosial yang ditimpa stiker foto diri Sri Mulyani. Dalam stiker tersebut, Sri Mulyani mengenakan pakaian dinas sambil mengepalkan tangan dan torehan senyum.
Setelah heboh temuan sitker di hand sanitizer, terungkap pula bahwa foto Sri Mulyani ada di mana-mana. Foto bergambar dirinya disematkan di kantong plastik, di karung beras, hingga nama Sri Mulyani tertoreh di masker yang akan dibagikan kepada warga Klaten. Sri Mulyani makin dibicarakan hingga tagar #BupatiKlatenMemalukan bertengger di trending topic Twitter.
Warganet sepakat berpendapat, Sri Mulyani tak semestinya memanfaatkan pandemi COVID-19 sebagai ajang citra diri. Akibatnya, banyak warganet yang mengkritik dengan menjadikan foto Sri Mulyani dalam meme yang lucu.
Baca juga:
Seorang warganet bernama Mazzini membenarkan tujuan dirinya turut membuat meme lelucon bergambar Sri Mulyani dan diunggah dalam akun @mazzini_gsp adalah sebagai kritikan. Dengan begitu, Sri Mulyani terkena sanksi sosial karena sentimen negatif di masyarakat.
Merujuk pada kasus penempelan stiker di hand sanitizer, tak elok baginya jika bantuan dari suatu lembaga, dalam hal ini Kementerian Sosial, seolah diaku-aku berasal dari Sri Mulyani sendiri.
"Jangan sampai bantuan dari lembaga lain, seolah-olah diakui bantuan dari dia. Setop yang kayak gitu. Daripada mejeng muka di mana-mana, mending buktiin kinerja saja," ungkap Mazzini kepada VOI, Rabu, 29 April.
Menurut pengamat sosial dari UGM Suprapto, meme berbalut nada sindiran itu merupakan salah satu sarana pengendali nilai dan norma manusia. "Jika norma dilanggar, yang bersangkutan akan mendapat kritik, kucil, cemooh, dan sebagainya," ucap Suprapto saat dihubungi VOI.
Sementara, sosiolog Sunyoto Usman mengartikan sebaran meme Sri Mulyani di sosial media merupakan pesan berupa catatan kritis dari warganet bahwa bantuan sosial harus diberikan tanpa pamrih.
"Mereka menganggap tidak perlu ada simbol-simbol yang bisa menimbulkan kecurigaan kontestasi kekuasaan, meskipun bupati adalah bagian dari kekuatan politik yang sudah berkuasa," kata Sunyoto.
Sunyoto juga melihat adanya sanksi sosial yang disematkan masyarakat untuk Sri Mulyani. Namun, menurut dia, sanksi sosial dilakukan hanya dalam bentuk wacana di dunia maya biasanya kurang efektif untuk memberikan efek jera kepada yang dikritik.
"Pihak bupati biasanya membuat counter wacana, di samping segera ada wacana-wacana baru yang mengalihkan kasus Bupati Klaten," ucap dia.