Jenderal AS Khawatir Konflik Berkepanjangan, Mesir Pengalaman Tengahi Hamas-Israel

JAKARTA - Jenderal tertinggi militer Amerika Serikat (AS) Mark Milley khawatir konflik berkepanjangan antara Israel-Palestina, menimbulkan destabilitasi dan permusuhan yang lebih luas antara kedua negara. 

Milley mendasarkan kekhawatirannya, setelah bentrokan kedua negara berlangsung selama seminggu, tanpa indikasi penurunan ketegangan. Saling balas serangan roket dengan serangan udara kedua belah pihak, tidak berarti apa-apa dan tidak ada kepentingan untuk melanjutkan pertempuran.

"Penilaian saya, ada risiko destabilisasi yang lebih luas dan serangkaian konsekuensi negatif jika pertempuran berlanjut," ujar Jenderal Angkatan Darat yang menjabat sebagai Pemimpin Kepala Staf Gabungan militer AS, melansir Reuters, Selasa 18 Mei.

"Jadi menurut saya, menurut saya de-eskalasi adalah tindakan cerdas pada saat ini untuk semua pihak terkait," sambungnya.

Tak lama setelah Milley berbicara, enam peluru ditembakkan dari Lebanon menuju Israel utara tetapi gagal melintasi perbatasan, kata militer Israel. Israel mengatakan artileri ditembakkan ke sumber peluncuran di Lebanon sebagai balasan. 

Milley secara luas memperingatkan tentang risiko dampak konflik, termasuk risiko memengaruhi upaya normalisasi hubungan Palestina-Israel yang didukung Amerika Serikat dan negara-negara Arab dalam 'Abraham Accords'.

"Saya yakin bahwa tujuan militer apa pun yang ada di luar sana perlu diimbangi dengan konsekuensi lain. Ada kemungkinan akan ada konsekuensi negatif untuk hal-hal seperti itu (memengaruhi upaya normalisasi)," tukasnya.

Terpisah, seorang pejabat senior Israel meragukan kemungkinan gencatan senjata antara Israel dan militan Gaza, setelah lebih dari seminggu konflik kekerasan yang menewaskan ratusan orang.

Upaya Amerika Serikat, Mesir dan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menghentikan serangan udara Israel dan tembakan roket oleh militan Palestina di Gaza sejauh ini gagal memadamkan pertempuran. 

"Tidak ada hal seperti itu sekarang. Tidak ada negosiasi. Tidak ada proposal. Tidak ada yang dibahas," sebut seorang pejabat senior Israel, terkait kemungkinan gencatan senjata dengan Palestina. 

"Kami tidak tahu berapa banyak waktu yang kami butuhkan, karena tembakan roket tak henti-hentinya. Kami tidak bisa berhenti ketika serangan datang seperti ini. Israel siap untuk terus bertempur," sambung pejabat itu.

Kendati demikian, pejabat tersebut mengatakan Mesir bisa menjadi kunci dan mediator paling andal untuk meredakan ketegangan yang terjadi antara Israel dengan penguasa Gaza, Hamas.

Mesir, yang berbagi perbatasan dengan Gaza, telah menengahi gencatan senjata Israel-Hamas di masa lalu, bersama dengan Qatar dan PBB.

"Mereka (Mesir) tampaknya paling terhubung," tukas pejabat Israel tersebut.