Setelah Lima Tahun, Akhirnya OSIRIS-REx NASA Pulang ke Bumi

JAKARTA - Setelah menghabiskan dua setengah tahun di luar angkasa, satelit NASA OSIRIS-REx akan kembali pulang ke Bumi. Pesawat ruang angkasa ini akan membawa sejumlah sejumlah besar material yang dikumpulkan dari asteroid Bennu.

Diketahui, asteroid Bennu merupakan benda luar angkasa yang jaraknya tak begitu jauh dari orbit Bumi. Hanya saja perjalanan pulang untuk robot pencari tersebut diklaim akan memakan waktu hingga dua tahun.

Dilansir laman Space, Selasa 11 Mei, OSIRIS-REx pertama kali diluncurkan dari Cape Canaveral, Florida pada tahun 2016. Pesawat luar angkasa ini ditugaskan untuk mencapai asteroid Bennu pada 2018.

Pesawat tersebut menghabiskan dua tahun terbang di dekat dan sekitar asteroid sebelum mengumpulkan puing-puing dari permukaannya pada musim gugur lalu. Kepulangan OSIRIS-Rex merupakan puncak dari kerja keras selama bertahun-tahun oleh tim misi.

"Meskipun tim sangat senang untuk memeriksa sampel asteroid setelah kembali ke Bumi, mereka pahit untuk meninggalkan Bennu setelah menghabiskan begitu banyak waktu mempelajari asteroid dari dekat," ungkap penyelidik utama misi di Universitas Arizona, Dante Lauretta.

Lauretta menyatakan pesawat ruang angkasa itu memuat antara 200 gram dan 400 gram bongkahan asteroid. Menurut laporan, OSIRIS-REx akan menempuh jarak 300 kilometer dari Bennu yang saat ini mengorbit Matahari.

Nantinya pesawat ruang angkasa berukuran SUV tersebut akan mengelilingi Matahari dua kali sebelum mengirimkan kapsul sampel kecilnya ke lantai gurun Utah pada 24 September 2023, untuk mengakhiri misi yang menelan biaya lebih dari 800 juta dolar AS.

Para ilmuwan berharap bisa mengungkap beberapa rahasia tata surya dari sampel yang disedot dari permukaan Bennu yang gelap, kasar, dan kaya akan karbon. Asteroid itu diperkirakan lebarnya 490 meter.

Bennu dianggap sebagai pecahan dari asteroid yang lebih besar, dan diyakini memegang blok bangunan tata surya yang diawetkan. Potongan yang dibawa kembali ke Bumi ini bisa menjelaskan bagaimana planet terbentuk dan bagaimana kehidupan muncul di Bumi. 

Sampel berharga itu akan disimpan di laboratorium baru di Johnson Space Center NASA, Houston. Hingga saat ini sudah menampung ratusan kilogram material Bulan yang dikumpulkan oleh 12 penjelajah Bulan Apollo dari tahun 1969 hingga 1972.