Gambaran Postur APBN 2022: Defisit Anggaran Turun tapi Rasio Utang Meningkat
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani memaparkan soal postur APBN 2022 dalam sebuah konferensi pers virtual yang digelar hari ini, Kamis, 29 April.
Pada kesempatan tersebut, dia mengatakan bahwa pendapatan negara tahun depan diperkirakan sekitar Rp1.823 triliun atau 10,18 dari produk domestik bruto (PDB). Sementara untuk sektor belanja disebutkan sebesar Rp2.631 triliun atau 14,6 dari PDB.
Dari estimasi tersebut dapati bahwa defisit anggaran akan berada pada kisaran 800 triliun atau setara 4,5 persen dari PDB.
Jumlah ini lebih baik dari APBN 2021 yang diyakini akan menorehkan defisit anggaran sebesar Rp1.000 triliun.
Artinya, terjadi efisiensi sekitar Rp200 triliun dalam perencanaan anggaran negara pada tahun depan dibandingkan dengan periode saat ini.
Untuk diketahui, pada APBN 2021 ditargetkan pendapatan negara sebesar Rp1.743 triliun, dengan belanja Rp2.750 triliun. Komposisi itu mengakibatkan defisit bertengger pada level 5,7 persen.
“APBN 2022 digunakan sebagai instrumen kebijakan penguatan recovery dan menjalankan reformasi struktural,” ujar Sri Mulyani.
Baca juga:
- Siapa Bahlil Lahadalia, Menteri Investasi yang Disebut Jokowi Bernyali Besar dan Pernah Dipuji Jusuf Kalla
- Tesla Milik Elon Musk Raup Pendapatan Rp150 Triliun dalam 3 Bulan, 2 Kali Lipat Harta Konglomerat Chairul Tanjung yang Sudah Berbisnis 40 Tahun
- Jokowi Tugaskan Menteri Investasi Bahlil Lahadalia jadi 'Penghulu', Kawinkan UMKM dan Perusahaan Besar
Meski secara nominal besaran defisit anggaran menurun, namun rasio utang pada tahun depan diperkirakan akan meningkat seiring dengan skema pembiayaan yang masih menjadi andalan untuk menambal APBN.
Terungkap bahwa rasio utang 2022 diyakini bertengger di angka 43,7 persen hingga 44,2 persen. Level tersebut berada di atas rasio utang 21 yang sebesar 41 persen terhadap PDB.
Pada pemberitaan VOI sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mengumumkan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada Februari 2021 sebesar 422,6 miliar dolar AS atau setara Rp6.145,7 triliun (kurs: Rp14.542).
Bukuan tersebut meningkat 4,0 persen dibandingkan dengan periode yang sama 2020, atau lebih tinggi dari pertumbuhan Januari 2021 yang tercatat 2,7 persen.