Pentingnya Mengedukasi Masyarakat tentang Penggunaan Masker
JAKARTA - Pemerintah terus mengimbau masyarakat menggunakan masker ketika beraktivitas di luar ruangan untuk pencegahan virus corona atau COVID-19, terutama di wilayah yang sudah menerapkan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Tapi, masih banyak orang yang tak menuruti imbauan ini dan melawannya.
Beberapa hari lalu viral video tentang seseorang yang melawan ketika diimbau menggunakan masker. Video tersebut diunggah oleh akun media sosial @Fakta.Indo pada Senin, 13 April. Peristiwa itu terjadi di wilayah Perumahan Taman Rezeki, Kelurahan Ciriung, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pada rekaman video, pemuda yang kesal itu mencoba memukul pria berkaos putih dan terus melakukan aksi provokatif. Bahkan, terdengar pemuda itu sempat menyebut jika banyak rekannya yang merupakan seorang perwira.
Sosiolog Universitas Indonesia Bayu A. Yulianto mengatakan, ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab peristiwa ini terjadi. Pertama, kurangnya pemahaman bahaya dari COVID-19 dan kebiasaan masyarakat tidak menggunakan masker. (Paragraf ini direvisi setelah ada koreksi dari narasumber Sosiolog Universitas Indonesia Bayu A. Yulianto karena kesalahan penulisan asal universitas. Sebelumnya, Bayu A. Yulianto ditulis sebagai sosiolog Universitas Gadjah Mada. Redaksi meminta maaf atas kesalahan pengutipan dan telah memperbaikinya)
"Kebiasaan pakai masker belum terinternalisasi kepada mereka, kemudian mereka masih belum memahami secara benar resiko-resiko yang mungkin akan mereka hadapi dengan melepas masker tersebut," ucap Bayu kepada VOI, Rabu, 15 April.
Faktor lainnya adalah minimnya tingkat kepedulian dan kesadaran atas COVID-19 dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga, dia jadi egois tanpa memikirkan hal-hal buruk yang bisa terjadi kepada orang-orang disekitarnya.
"Orangnya tidak peduli tehadap keselamatan diri dan orang lain, di lingkungan dia tinggal kesadaran sosial tentang COVID-19 masih rendah," sambung Bayu.
Dia menambahkan, seharusnya ada peringatan keras kepada mereka yang tak menggunakan masker di masa sekarang ini. Sebab, tanpa menggunakan masker, seseorang mengancam kesehatan orang lain. Tapi peringatan keras ini merupakan langkah terakhir ketika seseorang tak bisa diberikan pengertian pentingnya penggunaan masker untuk mencegah risiko penularan COVID-19.
"Kalau dia melanggar ketentuan secara sengaja atau menolak pakai masker padahal dia mampu mengadakan masker, itu yang patut diberi pemahaman lebih mendalam lagi. Kalau sampai dia marah, yang harus diberi peringatan lebih keras lagi karena dia bukan hanya membahayakan dirinya, tapi juga membahayakan orang lain," papar Bayu.
Baca juga:
Penggunaan masker untuk mencegah COVID-19 bisa menggunakan berbahan kain. Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menjelaskan, ini penting karena bukan hanya untuk melindungi diri sendiri, namun juga melindungi orang lain agar tidak tertular.
"Kalau saya punya virus di dalam saya, enggak ada gunanya kalau saya pakai masker untuk melindungi diri saya. Maka, saya melindungi orang lain. Nah, orang lain harus melindungi kita. Caranya, dia juga pakai masker. Mari kita sama sama melindungi," ucap Wiku dalam konferensi pers di Graha BNPB, Jakarta Timur.
Wiku melanjutkan, ketika ada seseorang yang beraktivitas di luar tanpa mengenakan masker, mereka mesti diingatkan untuk segera mengenakan masker kain. "Kalau tidak punya masker, kita beri mereka masker. Tapi harus masker yang diberikan kepada orang lain betul-betul yang masih bersih," katanya.
Kemudian, Wiku merekomendasikan masyarakat menggunakan masker kain berbahan katun dan berlapis tiga. Bahan ini bisa mencegah penularan COVID-19 hingga 70 persen. Kalau tidak mampu beli, warga bisa menjahit sendiri dan disesuaikan dengan bentuk muka.
"Yang penting maskernya bisa menutupi, mulai dari hidung, pipi, mulut, sampai dengan dagu," ujarnya.
Masker kain juga tak bisa digunakan berlama-lama. Wiku bilang, batas waktu penggunaan masker kain paling lama 4 jam. Setelah digunakan, masker dilepas dengan cara tertentu, yakni hanya boleh memegang tali pengait dan tak boleh menyentuh bagian luar.
"Setelah memegang masker, ada kemungkinan tangan kita berarti tidak bersih, selanjutnya kita pakai hand sanitizer. Kalau sedang di dalam rumah, cuci tangan menggunakan sabun," jelas Wiku.