JAKARTA - Pasien positif COVID-19 di Indonesia semakin hari semakin bertambah, terutama di wilayah padat penduduk seperti DKI Jakarta. Tak sedikit ditemukan warga yang masih berkeliaran dengan tidak menggunakan masker.
Di sisi lain, kesadaran masyarakat masih kurang, terutama peran mereka dalam mengurangi dan memutus rantai penyebaran COVID-19. Terlebih, para dokter, perawat dan tenaga medis lainnya pun diklaim akan kewalahan jika tidak adanya pencegahan dalam menangani kasus virus mematikan itu.
Hingga saat ini, para ahli masih menyepakati tiga strategi utama untuk memutus penularan virus tersebut di masyarakat yakni Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun, penerapan physical distancing, serta menggunakan masker kain saat berada di luar rumah dan berpergian.
"Kami menilai ketika aturan Social dan Physical Distancing sukar diterapkan, maka penggunaan Masker kain untuk umum dinilai cukup efektif untuk menurunkan risiko penularan COVID 19," kata Humas Keluarga Penyangga Indonesia, dr M. Hud Suhargono, SpOG(K).
Kenapa penting?
Perlu diketahui, penggunaan masker kain cukup bermanfaat untuk saat ini dalam memutus rantai penyebaran COVID-19, karena tidak sedikit dilaporkan kasus bahwa ada orang dengan asimtomatik carrier (orang tanpa gejala) sulit terdeteksi.
Asimtomatik carrier adalah individu yang sebenarnya sudah tertular tetapi belum menunjukkan gejala. Individu tersebut masih bebas berinteraksi dengan individu lain dan berpotensi menularkan ke individu lain terutama individu yang rentan akan virus tersebut.
Akibat dari terbatasnya masker bedah atau masker N9 untuk tenaga medis, CDC (Centre of Disease Control and Prevention) di Amerika Serikat (AS) merekomendasikan penggunaan masker kain buatan rumah sebagai alternatif penggunaan masker untuk masyarakat umum.
"Masker sebaiknya digunakan oleh semua orang bukan hanya orang yang sedang sakit batuk pilek dan panas," tambah dr Hud.
BACA JUGA:
Dalam penelitian yang dilakukan di Cambridge pada 2013, bahan kain yang digunakan untuk masker non medis ini ternyata cukup efektif menahan penularan virus. Dikarenakan ukuran COVID-19 sendiri yakni sebesar 0,12-0,18 mikron. Dari hasil penelitian terhadap partikel yang berukuran 0,02 mikron, masker bedah mempunyai efektifitas 97 persen.
Sementara itu, bahan kain sejenis lap yang digunakan sebagai masker, mempunyai efektifitas hingga 83 persen bila digunakan satu lapis. Sedangkan bila digunakan dua lapis, maka efektifitasnya hampir sama dengan masker bedah yaitu 93 persen. Sementara masker yang terbuat dari bahan kain katun bila digunakan satu lapis memiliki efektifitas hingga 69 persen dan bila digunakan dua lapis maka efektifitasnya menjadi 71 persen.
"Selain itu, salah satu keuntungan lainnya adalah bahan masker kain ini bisa dicuci lagi dengan deterjen biasa sehingga lebih memudahkan masyarakat dalam merawat dan menggunakannya," ungkap dr Hud.
Dr Hud juga berharap bahwa sosialisasi penggunaan masker kain pada masyarakat ini merupakan salah satu upaya untuk lebih meningkatkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap perlindungan dirinya sendiri, perlindungan terhadap keluarga, perlindungan kepada orang lain di sekitarnya, serta masyarakat yang lebih luas.
Perlu ditekankan dalam kampanye Penggunaan Masker Kain untuk Publik ini adalah bahwa masker merupakan bagian satu paket strategi pemutusan rantai penularan COVID-19. Hingga saat ini berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), kasus orang dengan positif COVID-19 di Tanah Air sendiri telah mencapai 3521, pasien dalam perawatan 2924 dan sembuh ada 282. Sedangkan data yang meninggal dunia terdapat 306 orang.